jangan tunda kentut vs peram dendam politik
Umat Islam tahu dan yakin kalau kentut termasuk hal
yang membatalkan wudhu. Sholat saat kentut, konsekuensinya sholat gugur dan
harus diulang. Bukan wudhu, lanjutkan sholat.
Tiap orang mempunyai alasannya jika terpaksa menahan
kentut.
Kata ilmu kesehatan atau ujaran adat hidup sehat,
memang kentut dan ingin BAB, buang air seni bisa ditahan sampai batas kondisi
tertentu. Soal air seni yang tertahan akan diserap tubuh. Atau BAB menjadi
padat. Yang jelas perut atau lambung bukan ban dalam. Udara bisa dimapatkan. Untuk
menghasilkan kentut yang berkualitas.
Tanpa bau kentut. Aroma irama syahwat politik
Nusantara tetap membikin mabuk, membuat lupa daratan pekerja, pelaku, pegiat,
buruh partai politik.
Lengkap sudah dimensi mabuk politik. Semua unsur
pertahanan dan keamanan sudah terwakili. Namanya politik, jabatan sipil
dan/atau jabatan militer maupun jabatan apapun, dimanapun bisa ada harga dan
tarifnya.
Posisi dendam politik menjadikan perwujudan demokrasi
menjadi demokratis. Artinya, penjabaran konstitusional sangat dinamis. Mulai modus
merebut kekuasaan, merebut kembali kekuasaan, mempertahankan kekuasaan,
mewariskan kekuasaan. Ini sudah menjadi makar konstitusional. Tidak bisa masuk
kasus pidana.
Singkat kata, manusia politik di NKRI, menjadi budak
manusia ekonomi, no problem! Bukan kejadian luar biasa, perkara besar. Hanya taktik.
Apa pun kejadian di éra mégatéga, periode 2014-2019, akibat dari politik balas
jasa, balas budi vs politik balas dendam.
Aroma irama dendam politik, sekaligus menimbun
berbagai ragam antipati. Dipastikan, yang dipikirkan bukan negara ke depan,
tetapi lebih bagaimana selama lima tahun ini menjadikan negara sebagai hak
milik, hak guna dan hak pakai sekaligus sebagai warisan keluarga.
Aroma irama syahwat politik dalam negeri tak lepas
dari nuansa dendam politik. Banyak adegan politik yang malah menundang tawa dan
tangis haru penonton. Puncak goro-goro ketika terjadi perombakan kabinet
kerja yang agaknya tak akan pernah memuaskan pihak tertentu. Banyak pihak yang
hanya berposisi sebagai penggembira, pelengkap penderita atau sebagai tukang
sorak, tukang keplok. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar