Halaman

Kamis, 15 Februari 2018

Anggota DPR RI, Semakin Bertaring Semakin Garing



Anggota DPR RI, Semakin Bertaring Semakin Garing

Pasca amandemen atau perubahan UUD NRI 1945, sudah 4 kali, maka  kehidupan ketatanegaraan Indonesia mengalami perubahan yang cukup drastis dan melankolis. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara megalami gejolak harian yang seolah tak kunjung reda. Di kondisi tertentu, menjadikan rakyat semakin apatis, pesimis. Sepertinya negara tak hadir jika ada masalah bangsa yang menimpa rakyat.

Mulai turun strata MPR yang semula adalah lembaga tertinggi negara, menjadi lembaga negara  yang sejajar dengan DPR dan Presiden. Terjadi munculnya aneka lembaga tinggi negara baru.

Rakyat disuguhi drama politik yang tanpa episode, yaitu tingkah laku wakil rakyat serta sekaligus tindak tanduk kepala daerah. Total jenderal, notabene mereka dipilih oleh rakyat.

Rakyat merasa bersalah atau serba salah. Betapa tidak. Orang atau parpol yang dipilih, ternyata ujung-ujungnya malah menjadi pengkhianat. Minimal mengkhianati kepercayaan rakyat.

Agar pola pengkhianatan tidakl berlarut-larut atau menjadi budaya politik. Maka wakil rakyat bersegera mematut diri. Melengkapi diri dengan alat pelindung. Diharapkan wajah kawanan anggota DPR RI menjadi anti gores, anti lecet serta yang utama anti kritik.

Asumsi sederhana, dengan memperluas ruang kerja, menambah fasilitas maka kinerja sebagai kawanan anggota DPR RI otomatis terdongkrak. Ditambah kunker, studi banding ke  mancanegara,masa reses untuk jumpa pemilih di dapil, penyesuian kelengkapan anggota dewan, struktur organisasi yang kaya fungsi serta hak dan wewenang maka diyakini selama satu periode akan terasa nyaman, aman dan produktif.

Jelang akhir periode 2014-2019 diharapkan wakil rakyat bak pelari jarak sedang, akan menambah daya dan tenaga, memacu dan melaju agar sampai garis finish tepat waktu. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar