evolusi
mukiyo 2018, tipu-tipu politik vs politik tipu-tipu
Tidak
bisa dipungkiri, diingkari kalau selama proses pilkada seretntak 2018, yang
para pihak sudah start jauh tahun. Namanya rawan politik, jangan dilihat korban
minimalnya atau dampak terkecilnya. Tetapi akankah demokrasi hanya berjalan
saat pilkada.
Secara matematis,
ekonomis, jika ukuran, takaran 1 kg emas yang kurang 1 gram. Tidak bisa
dibilang beratnta 1 kg. Tepatnya 999 gr. Apa arti 1 (satu) gram atau seorang
yang merasa dirugikan dengan adanya pilkada serentak.
Rawan politik
memang tak terukur. Yang resmi adalah konflik sosial.
Ingat penistaan
agama oleh penguasa DKI Jakarta saat itu, oleh pemerintah dipolitisir sedemikan
rupa sehingga pemerintah bingung sendiri.
Provinsi
dan kabupaten/kota sebagai tuan rumah penyelenggara laga kandang pilkada
serentak 2018, tak lepas dari jeratan dan jebakan konspirasi, skenario manusia
ekonomi. Minimal manusia ekonomi multinasional sebagai faktor penentu.
Efek domino
pilkada serentak 2018 akan mempengaruhi wajah politik nasional di tahun politik
2019. Kalau sudah begini, naga-naganya semangat nasionalisme, pancasilais, patriotisme,
cinta tanah air dan bela bangsa, untuk sementara disisihkan.
Bagaimana
mempertahankan prestasi memang lebih berat ketimbang merebutnya.
Jangan sampai
karena daerah rawan konflik politik. Pertama, apaguna ada polda provinsi sampai
lapis bawah. Jangan sampai ada dalil bahwasanya sebaiknya mendagri dari unsur
pati Polri aktif. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar