Halaman

Selasa, 13 Februari 2018

mèntal politik mukiyo 2018, lepas tangan vs tepuk tangan



mèntal politik mukiyo 2018, lepas tangan vs tepuk tangan


Ketika itu liwatlah, manusia yang dipanggil Jimmy. Bujang asman (asli Manado), nyeker, tangan kiri membawa bubur bungkus. Mirip teh bungkus plastik khas sopir angkot jika meliwati pos koperasi. Petugas mencatat nomor polisi plus bagikan sebungkus teh merah.

Tanpa diminta, suatu sore jelang maghrib. Om Jimmy yang kerja di usaha keluarga, duduk sibuk dengan HP atau sejenisnya. Sambil menonton karyawan lainnya yang main bola di lorong. Tunggu toko tutup.

Jelasnya. Walau masih bujang tapi punya tanggungan dua keponakan yang ikut. Itupun dirasa pas. Memang om Jimmy termasuk ringan tangan. Tak kenal batas wilayah RT. Potong atau tebang pohon warga, dilakukan. Pasang dan bongkar tenda bagi keluarga duka untuk tempat pelayat, menjadi langganannya.

Seragam tempat kerja adalah busana atau hem warna merah. Yang bikin orang repot atau warga bingung karena mirip dengan seragam tukang air milik koperasi jasa tirta 3 RT. Pulang kerja, Jimmy pernah sambung kerja menjadi tukang jual air, memakai gerobag dorong. Tak tahan lama. Jelas harus punya otot kawat yang prima. Dan tidak bisa sebagai pekerjaan sambilan. Layanan jasa sampai air dituang ke bak air di km/wc. Atau tempat yang sudah disediakan pemesan.

Sebagai warga negara, jelas om Jimmy termasuk yang tahan banting. Mungkin karena termasuk karyawan yang paling lama masa kerjanya. Selebihnya, setiap ada kesibukan RT, wajahnya selalu tampak. Mengeruk lumpur di got, tak ada istilah gengsi.

Cuma jarang keluar malam. Bergabung dengan warga yang mendirikan posko di rumah warga yang kosong. Bisa jadi, di rumah sibuk. Agar sang keponakan bisa tinggal nikmat. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar