Halaman

Jumat, 23 Februari 2018

Kejar Target vs Uber Pesona



Kejar Target vs Uber Pesona

Demi tegaknya wibawa negara, pemerintah melakukan pola sekali tepuk 2@3 lalat tak berdaya. Maksudnya, wibawa negara di mata negara asing, khususnya negara investor, negara pengimpor sembako atau negara yang siap menerima para pengemplamg pajak.

Di dalam negeri, padahal hasil pembangunan bukan hasil kerja satu presiden saja. Namun para relawan, loyalis atau pihak yang diuntungkan merasa bahwa kinerja 1@2 tahun periode 2014-2019 bisa mengungguli kinerja dua periode presiden keenam RI.

Aneka  rekayasa, serba modus serta multi manipulasi untuk mendongkrak pamor, citra, pesona penguasa.

Kisah sukses menjadi berita besar, kejadian luar biasa sampai menutupi fakta lapangan. Kalau ditelusuri, apa yang dikerjakan pemerintah memang sudah kewajiban. Wajar kalau penyelenggara negara tidak bisa memuaskan semua strata, kasta penduduk. Tidak perlu diimbangi dengan berita sensasi atau malah mau melakukan pembangunan fisik yang sensasional. Tidak sekedar pembangunan yang tepat biaya, waktu, kualitas.

Walhasil, sehingga apa niat hati, kata hati, ikhlas nurani menjadi terkontaminasi oleh syahwat politik. Artinya, malah-malah malah pemerintah ingin membuktikan diri dengan hasil pembangunan fisik.

Infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar yaitu jalan/jembatan, air, listrik, menjadi primadona. Dimensi lain adalah dengan ketahanan pangan dan kemandirian pangan digemakan sejak kampanye.

Ujung-ujungnya, pemerintah merasa semakin memacu dan memicu pembangunan maka akan berbanding lurus dengan melajunya elektabilitas, popularitas. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar