Halaman

Minggu, 18 Februari 2018

asas kekuasaan ada di tangan pemenang pemilu



asas kekuasaan ada di tangan pemenang pemilu

Pemilu di zaman Orde Baru. Mulai dari pemilu pertama 1971. Berkat  UU 3/1975 tentang Partai Politik dan Golkar. Maka sederhanalah banyaknya partai politik. Kedua partai dimaksud adalah Partai Persatuan Pembangunan atau PPP dan Partai Demokrasi Indonesia atau PDI; dan sisanya satu Golongan Karya atau Golkar. Lepas parpol yang ada, mereka lebur kemana.

Jadi dalam 5 kali Pemilu, yaitu Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 pesertanya hanya tiga tadi. Sebelum pelaksanaan hari-H pemilu, sudah bisa diprakirakan siapa jawaranya. Asas luber (langsung, umum, bebas, rahasia) hanya sebatas pemanis demokrasi. Hari coblosan dilaksanakan di kantor. Bagi yang mbalelo dengan mudah terdeteksi, terlacak.

Sejarah malah membuktikan, bahwasanya penguasa tunggal memang ahli menggunakan Golkar sebagai kendaraan politiknya. Total jenderal, kepiawaian presiden kedua RI memang menjadi hak milik atau paten. Dalam skala internasional, malah menambah khazanah bagi kepala negara yang ingin awet.

Reformasi yang dimulai dari puncaknya, 21 Mei 1998, kehidupan berpolitik bak kuda lepas dari pingitan. Tidak ada kader yang sempat tercetak selama sang kuning alias Golkar menjadi tirani mayoritas. Masa mengambang menjadikan keberlanjutan ketika menjelma menjadi Partai Golkar.

Sang reformis yang muncul, malah seperti bersaing. Bukannya menguatamakan persatuan bangsa, negara. Jangan heran kalau berhala reformasi 3K (kuasa, kuat, kaya) betul-betul menjadi tujuan dan sasaran utama.

Singkat kata, memasuki babak final periode 2014-2019, aroma irama syahwat politik bercampur baur dengan asap dupa. Kalkulasi politik mengandalkan peruntungan atau primbon kakek nenek moyang.

Tak kurang warna yang secara universal diakui maknanya, ikut menentukan langkah politik. Menu ‘nasakom’ peninggalan Orde Lama, ditampilkan dalam kemasan baru. Namanya politik.

Jadi, aka nada semacama Bharata Yudha. Pihak yang merasa menerima warisan Orde Lama akan bertarung melawan pihak yang diuntungkan dengan pola politik Orde Baru. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar