Halaman

Jumat, 07 Juli 2017

tragèdi idéologi Nusantara, anak wayang vs anak dalang



tragèdi idéologi Nusantara, anak wayang vs anak dalang

Antara wayang, khususnya wayang kulit yang pernah saya saksikan langsung dengan dalang memang merupakan satu paket. Kalau istilah ‘anak wayang’ tergantung yang mengucapkannya. Kalau anak semata wayang artinya anak tunggal, tidak punya saudara kandung.

Agak risih jika kata ‘dalang’ berkonotasi sebagai biang keributan. Agak mending dibilang aktor intelektual tetapi tidak ada sutradara intelektual, malah runyam.

Secara politis, kata ‘dalang’ dipakai untuk pihak provokator jika terjadi huru-hara. Makanya doeloe ada pasukan anti huru-hara. Jika terjadi bencana politik, serta merta penguasa sudah mengantongi nama sang dalang.

Bahkan dari penyidikan, pengendusan aparat juru intai masyarakat, belum terjadi kejadian perkara, sudah ditetapkan calon tersangka tindak pidana teroris. Kasus mégakorupsi, yang sudah terang-benderang, jika semakin diproses hukumnya sesuai aturan main negara hukum, malah menjadi gelap-gulita.

Jujru saja kawan, bencana politik nasional, kalau mau tahu dalangnya, kata berita di berbagai versi media angina rebut, semua telunjuk mengarah ke sponsor utawa investor politik. Kalau telunjuk masih berputar-putar berarti ‘dalang utama di balik layar’ masih aman-aman di dalam negeri.

Kalau telunjuk dari yang biasa memberi petunjuk kepada bapak presiden, mengarah ke dunia lain, artinya.

Kembali ke pokok berita. Jika wayang dan dalang, apapun definisinya, jika diturunkan, dijabarkan ke dalam kehidupan nyata maka sepertinya sebagai gambaran nyata. Bukan sekedar bayang-bayang, fatamorgana.

Sesuai semangat lalu lintas politik lokal dan medan laga daya juang petarung ideologi atau petugas, pesuruh, pegiat, pelaku partai hakikatnya antara wayang dengan dalang tetap dalam satu paket, dalam satu kemasan.

Jika ada statemen utawa ujaran pernyataan dari mulut penguasa yang mengomentarai berbagai kasus, rasanya mana wayang mana dalang, sami mawon. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar