jurus lupa sejarah vs lupa jurus sejarah
Jujurlah
kepada diri sendiri. Apapun penilaian orang lain, apalagi komentar yang tak
kita minta. Namun ada baiknya sebagai sarana bagi kita untuk melihat tengkuk
sendiri. Mengintip dengan dua mata sekaligus, bagaimana ujung hidung kita.
Tidak
salah membangun masa depan dengan tumpukan masa lalu. Menyiapkan masa depan
dengan harga sekarang. Jangan sampai terjadi, ada sejarah dengan dua kisah yang
berbeda.
Kitab
ilmu jiwa buatan tangan manusia, mengatakan jika Fir’aun di kisah perjuangan
nabi Musa a.s, mati musnah tenggelam di dasar laut bekas laut terbelah. Fakta
selanjutnya mengatakan mummi atau mayat yang diawetkan, yaitu mayat Fir’aun
bisa kita saksikan sebagai bukti sejarah.
Anak
bangsa, putera asli daerah, rakyat pemilik sah republik ini, seolah sejarah
masa lalu menjadi beban hidup. Rekam jejak seseorang atau pihak tertentu,
menjadi bahan pertimbangan utama pemerintah untuk menterapkan atau mengenakan
pasal curiga itu perlu. Waspada yang utama.
Pemerintah
siapapun, kapanpun, akan tutup mata dengan realita, fakta, bukti otentik
sejarah bahwa ideologi tak ada matinya. Terlebih ideologi impor, klas dunia
yang sudah dipadupadankan dengan sistem ideologi lokal Nusantara.
Lebih
suka membanggakan jasa kakek-nenek moyang daripada mengukir jiwa pengabdian
kepada nusa bangsa sejak dini. Bagaimana mau membangun, memilki jiwa mengabdi,
jiwa abdi, jika selama hidup selalu memposisikan diri merasa sebagai juragan,
sebagai majikan.
Hidup
jangan berlindung di bawah bayang-bayang orang lain. Sebegitu luasnya
Nusantara, akankah kita tidak malu diri, cuma hanya menumpang sejarah orang
lain. Berkacak pinggang menghadapi rakyat.
Ternyata
ada perbedaan mendasar antara yang disebut ‘musuh negara’ dengan apa itu ‘musuh
rakyat’. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar