Halaman

Rabu, 26 Juli 2017

jurus lupa sejarah vs lupa jurus sejarah



jurus lupa sejarah vs lupa jurus sejarah

Jujurlah kepada diri sendiri. Apapun penilaian orang lain, apalagi komentar yang tak kita minta. Namun ada baiknya sebagai sarana bagi kita untuk melihat tengkuk sendiri. Mengintip dengan dua mata sekaligus, bagaimana ujung hidung kita.

Tidak salah membangun masa depan dengan tumpukan masa lalu. Menyiapkan masa depan dengan harga sekarang. Jangan sampai terjadi, ada sejarah dengan dua kisah yang berbeda.

Kitab ilmu jiwa buatan tangan manusia, mengatakan jika Fir’aun di kisah perjuangan nabi Musa a.s, mati musnah tenggelam di dasar laut bekas laut terbelah. Fakta selanjutnya mengatakan mummi atau mayat yang diawetkan, yaitu mayat Fir’aun bisa kita saksikan sebagai bukti sejarah.

Anak bangsa, putera asli daerah, rakyat pemilik sah republik ini, seolah sejarah masa lalu menjadi beban hidup. Rekam jejak seseorang atau pihak tertentu, menjadi bahan pertimbangan utama pemerintah untuk menterapkan atau mengenakan pasal curiga itu perlu. Waspada yang utama.

Pemerintah siapapun, kapanpun, akan tutup mata dengan realita, fakta, bukti otentik sejarah bahwa ideologi tak ada matinya. Terlebih ideologi impor, klas dunia yang sudah dipadupadankan dengan sistem ideologi lokal Nusantara.

Lebih suka membanggakan jasa kakek-nenek moyang daripada mengukir jiwa pengabdian kepada nusa bangsa sejak dini. Bagaimana mau membangun, memilki jiwa mengabdi, jiwa abdi, jika selama hidup selalu memposisikan diri merasa sebagai juragan, sebagai majikan.

Hidup jangan berlindung di bawah bayang-bayang orang lain. Sebegitu luasnya Nusantara, akankah kita tidak malu diri, cuma hanya menumpang sejarah orang lain. Berkacak pinggang menghadapi rakyat.

Ternyata ada perbedaan mendasar antara yang disebut ‘musuh negara’ dengan apa itu ‘musuh rakyat’. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar