Halaman

Selasa, 18 Juli 2017

Kemiskinan Menjadikan Indonesia Kaya



Kemiskinan Menjadikan Indonesia Kaya

Indikasi Pertama. Jauh sebelum gema azan subuh berkumandang, rakyat papan bawah, diwakili pemulung, ahli kumpul barang buangan, argo profesinya sudah begerak. Bos pemulung, atau juga bos tukang beli barang bekas, ternyata rumah tinggalnya jauh di atas klas rumah KPR-BTN tempat warga tinggal.

Sudah puluhan tahun, mungkin sebelum kompleks warga pendatang dibangun, mereka sudah menggeluti, menekuni profesinya. Lahan mereka bertambah dengan dibangunan kawasan perumahan KPR-BTN di daerahnya. Seolah rezeki membutuhkan sentuhan tangan mereka. Bahkan profesi pemulung diwariskan ke anaknya alias regenerasi pemulung.

Dengan kata lain, Indonesia surplus tenaga yang bekerja mengandalkan tenaga. Mengandalkan otot kawat balung wesi. Tidak hanya tukang bangunan atau kuli bangunan. Kuli pelabuhan yang mengandalkan daya angkat dan daya angkut.

Indikasi Kedua. Jalan layang pun, ternyata tidak mampu membantu kemacetan lalu lintas di kota ibukota provinsi, kota metro a[alagi ibukota NKRI. Pertambahan panjang jalan sekian km per tahun, kalah laju dengan pertambahan kendaraan bermotor. Angkutan umum malah menambah kesemerawutan lalu lintas jalan.

Indonesia menjadikan dirinya sebagai tempat penampungan produk otomotif negara sauadara tua. Mobil model origami, model tata rias wajah sampai mobil yang tidak perlu perawatan yang mahal. Apalagi motor produk saudara tua, memang lebih awet dibanding besutan negara China.

Tiap anggota keluarga bisa mempunyai satu motor. Rumah di kompleks kami, walau tipe terbesarpun, garasinya tidak mampu menampung jumlah mobil keluarga. Terpaksa diparkir di depan rumah.

Suku cadang bekas menjadi rezeki tukang loak. Paling tidak kaleng plastik bekas oli menjadi sumber rezeki bagi pemulung. Sayangnya Indonesia belum membuka tempat pembuangan sampah mobil dan/atau motor bekas.

 Indikasi Ketiga. Efek domino dari negara multipartai. Modal modus jalan pintas, anak bangsa, putera asli daerah dengan biaya politik, dana parpol sampai membuka peluang investor politik mancanegara. Mana mungkin orang politik miskin. Perjuangan mereka memang ada yang dari dasar, mulai dari angka “0”, dirintis dari tangga pertama.

Banyaknya orang super-kaya di Nusantara, menjadi acuan bagi calon koruptor. Tak sengaja golongan masyarakat berpendapatan/berpenghasilan jauh di atas rata-rata nasional, malah memacu dan memicu jiwa ideologi penganut politik bebas untuk berkorupsi ria.

Miskin jiwa ideologi tidak masalah kawan. Yang penting untuk nikmat dunia jangan sampai kapiran, terlantar, atau malah bangkrut. Hebatnya lagi, pelaku atau pengatur lalu lintas politik dan pengaman jalannya ramuan ajaib revolusi mental sera sebagai pengayom dan pengayem rakyat, kecipratan rezeki politik. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar