Mimpi
Besar Anak Bangsa, Putera Asli Daerah : Dijemput Paksa Jadi Presiden
Semula, yang mempunyai hak prerogatif
mimpi besar bisa menjadi orang nomer satu di Republik Pancasila ini adalah anak
cucu ideologis para pendiri bangsa. Rakyat, apalagi dengan kategori uneducated
people, permanent underclass plus stigma miring yang diberlakukan
oleh penguasa atas nama wibawa negara. Jangankan mimpi, uro-uro atau
bahkan berangan-angan, berfantasi, berimajinasi apa dan siapa itu presiden,
sudah layak dianggap terkena pasal makar.
Padahal syarat utama, pertama,
dominan untuk menjadi pemimpi politik yang ulung nan adiluhung, adalah daya
fantasi, daya imajinasi.
Ibarat burung dalam sangkar yang tinggi, terbang berputar membubung tinggi. Seperti
burung terperosok ke lubang sumur timba, terbang berputar bak tong setan
mencapai permukaan, mulut sumur.
Rekam jejak kawanan parpolis,
politisi kambuhan, karbitan/orbitan, kader jenggot, warisan politik yang pernah
mendapat jatah kursi sebagai penyelenggara negara, malah semakin hidup di
angan-angan politiknya. Pakai modal merasa bisa tampil di depan, mengatur lalu
lintas negara.
Tiga ajaran kepemimpinan yang
diwariskan Ki “Taman Siswa” Hajar Dewantara pun tak ketinggalan juga ikut difantasikan,
diformulasi ulang.
1.
Ajaran pertama
yang berbunyi ing ngarso sung tulodo diubah menjadi
ing ngarso aji mumpung kuoso vs mumpung aji kuoso.
2.
Yang kedua
berbunyi ing madyo mangun karso digubah menjadi ing
madyo numpuk bondo sak kerso-kerso.
3.
Terakhir atau yang ketiga berbunyi tut wuri handayani mengalami
proses revolusi mental menjadi tut wuri ngoyak nikmat donyo dibelani nganti
mati.
Hebatnya, fantasi politik vs politik
fantasi tidak mengenal perbedaan jenis kelamin. Bahkan kaum hawa pandai
mendadak alim ketika alih status menjadi tersangka tipikor. Merasa dizalimi
oleh pihak tetangga jika niat tulusnya jadi presiden lagi tidak terwujud.
Sampai jual tangis pengharu-rasa disetiap kesempatan ucap dan cuap kata.
Memamerkan jasa bapak moyangnya.
Kini, di paruh akhir periode mégatéga,
mégabencana, mégakasus ini masih terjadi saling lomba mewujudkan mimpi besar. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar