Korupsi, Bagian Integral Dari Demokrasi Multipartai
Memang kawan, tidak ada yang salah
dan bisa dipersalahkan dengan banyaknya partai politik, bahkan organisasi
kemasyarakatan yang beredar di Nusantara.
Jiwa dan semangat yang didasari
kemajemukan menjadikan hidup ini menjadi
dinamis. Persaingan menjadi baan bakar untuk hidup berkemajuan.
Bahkan budaya rivalitas bukan
sekedar persaingan untuk menjadi sang juara, bukan mencari predikat politikus
jawara, bukan menuju kepala negara. Diyakini sebagai semangat sinerjitas dalam
menegakkan eksistensi demokrasi dalam tatanan dan format bernegara.
Korupsi, tentu dengan aneka
definisi, modus, tingkatan sampai pelaku utama, pada derajat tertentu bisa jadi
budaya resmi bangsa dan negara.
Korupsi adalah wajah sisi lain dari biaya
urus administrasi.
Biaya urus adminstrasi sebagai
sumber penghasilan, penerimaan negara atau daerah yang tak resmi tapi legal. Bahkan
berdasarkan pengelaman, rekam jejak, bisa ditentukan tarifnya. Tergantung pasal
keuntungan yang akan didapat pihak pemohon atau pihak yang berkepentingan atau
yang berurusan, yang punya urusan. Pemerintah atau negara hanya memfasilitasi.
Efek domino negara multipartai
adalah semakin berderetnya meja demokrasi. Setiap meja mempunyai spesilisasinya.
Tapi kebanyakan setiap meja menjadi multifungsi, multimanfaat, multiguna.
Semakin memperpendek mata rantai
demokrasi, maka semakin besar biaya demokrasi. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar