betapa cinta Ibu Pertiwi kepada Nusantara
Indonesia punya kisah tentang
budayanya yang terkontaminasi oleh budaya asing atau budaya dari luar negeri. Masuknya
bentuk budaya asing tanpa karantina apalagi sensor oleh pihak berwajib.
Jalur yang paling disukai importer budaya
barat atau sejenisnya adalah melalui saluran teknologi informasi dan
komunikasi. Apalagi kecanggihannya bisa dipaket dalam genggaman tangan.
Pancasila sebagai ideologi bangsa
dan negara. Dari segi budaya ada 5S yaitu Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun
yang menjadi karakter anak bangsa dan politik luar negeri Indonesia.
Perdagangan bebas dunia menuntut
NKRI menjadi ramah investor politik. Budaya politik dunia – kebalikan dari bahasa
dunia – mampu masuk sampai pulau kecil terpencil di Nusantara. Katalisatornya
adalah penguasa saat ini.
Pola asuh, asah, asih yang selalu
dilakukan oleh Ibu Pertiwi tanpa pamrih tetap berlanjut sampai periode
2014-2019 ini. 24 jam sehari semalam Ibu Pertiwi tekun, ulet, tabah membimbing
dan membombong anak bangsa, putera daerah agar tidak kebablasan. Tidak kehabisan
akal, nalar, logika politik.
Jurus mabuk yang digemari kawanan
politikus sipil maupun mantan anggota semakin menjadikan lalu lintas politik
menjadi siap siaga. Bencana politik, konflik politik menjadi menu harian.
Tak ayal dan tak ada aral melintang
pukang, dipastikan korupsi masih menjadi komponen utama negara yang serba multi
dan méga ini.
Namun jika ada pihak yang ingin
mengajukan dan memajukan presiden ke-7 yang belum jatuh tempo, maka menurut
dewa jurus mabuk, sesuai otak-atik angka 7. Jika dikwadratkan maka akan dihasilkan
angka 49.
Angka 49 atau umur/usia 49 tahun
bagi seorang Ibu Pertiwi masuk kondisi : semua enerji telah terkuras habis sampai ampasnya. Karena
jalur dan saluran yang mengalirkannya
telah mengecil sampai batas minimal yang disyaratkan WHO. Periode ini secara
medis biologis ditengarai sebagai akhir dari menstruasi wanita dan tidak
direkomendasikan untuk mempunyai anak melewati batas umur ini.
Jadi jika presiden ke-7 dipaksakan maju lagi, maka . .
. . [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar