Halaman

Senin, 24 Juli 2017

berkat ratio ULN, Indonesia menjadi negara tertinggal



berkat ratio ULN, Indonesia menjadi negara tertinggal

            Bermula dari ujaran bertajuk “Luhut : rasio utang Indonesia tergolong kecil”.

Senin, 17 Juli 2017 16:28 WIB | 1.172 Views
Pewarta: Ade Irma Junida
Luhut : rasio utang Indonesia tergolong kecil
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan. (ANTARA /Akbar Nugroho Gumay)

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan utang Indonesia masih tergolong kecil dibandingkan negara-negara anggota G20.

Luhut dalam sambutan kunci Kongres Teknologi Nasional (KTN) 2017 di Jakarta, Senin, mengatakan berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF), di antara 20 negara dengan ekonomi terbesar dunia itu, rasio utang terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tertinggi dicapai oleh Jepang hingga 238 persen.

"Kita punya utang masih tergolong sangat kecil dibandingkan negara lain. Masih di bawah 30 persen, tepatnya 27,9 persen dari PDB kita," katanya.

Indonesia, lanjut Luhut, bahkan sebenarnya bisa saja berutang terus hingga 60 persen dari PDB sesuai dengan undang-undang yang ada, namun tidak dilakukan.

Ia menuturkan rasio utang Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain masih berada di level aman. Negara lain seperti Malaysia saja rasio utang terhadap PDB mencapai 56,3 persen. Bahkan rasio utang Amerika Serikat terhadap PDB-nya mencapai 105,6 persen.

Luhut menegaskan, yang perlu dilakukan pemerintah adalah membuat pinjaman itu bernilai positif dengan memutarnya menjadi modal produktif.

Mantan Menko Polhukam itu mengklaim semua pinjaman yang ada memiliki prospek baik dan bernilai. Ia juga menyebut utang sebagai salah satu hal wajar dalam pembangunan karena anggaran negara tidak bisa seluruhnya membiayai.

"Pertanyaannya, utang itu perlu tidak? Saya tanya, kalau anda pedagang, apa bisa semuanya ekuitas? Kan tidak bisa. Harus ada pinjaman. Yang jadi masalah, bagaimana supaya pinjaman itu produktif," katanya.

Hingga Mei 2017, utang pemerintah mencapai Rp3.672,33 triliun terdiri atas Surat Berharga Negara (SBN) sejumlah Rp2.943,73 triliun (80,2 persen) dan pinjaman Rp728,60 triliun (19,8 persen).

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2017

LEGA YANG LEGA
Bayangkan kalau ratio ULN terhadap PDB dipakai yang ideal, yaitu 60%, maka dipastikan di sisa periode 2014-2019 NKRI akan menjadi negara sejahtera lahir batin.

Sibuknya Jokowi plus minus JK, tiap minggu meresmikan hasil pembangunan fisik sesaui nafas Trisakti, Nawacita yang diperkuat dengan ramuan ajaib revolusi mental.

Satgas pangan turun strata menjadi satgas sampah rumah tangga. Ekonomi rakyat ditandai daya beli yang melonjak fantastis. Sampai mau minum air putih cair segala rasa saja, bisa pesan secara online.

Pemerintah bersegera membentuk detasemen khusus anti kemiskinan. Tugasnya jangan sampai jalanan dihiasi dengan pergerakan orang miskin. Lebih tegas lagi, demi menjaga wibawa negara, jangan sampai BPS merilis angka kemiskinan.

Pokoknya, jangan sampai imej NKRI di negara investor politik menjadi tak berharga.

Akhirnya, para oknum penyelenggara negara berlomba agar jangan sampai mati gaya. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar