Halaman

Rabu, 26 Juli 2017

Gundah Pemerintah Karena Denging Nyamuk



Gundah Pemerintah Karena Denging Nyamuk

Kendati perikehidupan pemerintah didongkrak oleh ramuan ajaib revolusi mental, yang terbukti ampuh menurunkan tensi korupsi dan nyata manjur menjaga stabilitas ratio ULN terhadap PDB, nyatanya kekuwatiran pemerintah terbukti.

Pemerintah merasa tak bisa mulus lelap di sekujur malam hari. Pemerintah terusik oleh pihak yang tak suka dengan pembangunan jalur mimpi malam hari yang bebas hambatan.

Alat pantau suhu tubuh sudah berjajar memagari sosok pemerintah. Barisan pengaman siaga 24 jam, pasukan pemukul udara ronda nonstop. Tak terhitung relawan yang berani berebut kursi membuat pagar hidup, dalam kondisi waspada terhadap modus lawan main.

Rasanya, tiap menit bak berjalan lambat di tempat. Rasa curiga berlomba dengan detak jantung dan detik waktu. Rasanya tiap jengkal tanah sudah steril dari niatan buruk pihak yang masuk daftar menu harian.

Orang lewat sambil bersin, dicurigai akan bongkar tenda. Suara kentongan petugas siskamling, diduga sebaga kode waktu. Suara tokek dianggap sebagai sinyal menyataan hidup.

Ironis binti miris, mata kanan pemerintah mencurigai manuver tangan kiri. Antara kaki dan tangan pemerintah sudah tidak dalam satu kendali mutu. Seolah ada pihak tertentu yang ambil andil dalam kemelut jiwa pemerintah.

Operasi pasar gencar dilakukan, tanpa konsep yang gamblang. Pokoknya jika aparat pemerintah sibuk di lapangan, sibuk tayang di media massa, berarti pemerintah sehat tanpa syarat.

Sejarah bukan sekedar berulang. Tetapi manusia memang tak sadar dengan sejarahnya. Karena sejarah dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan, bak pelajaran menghafal, mengingat ulang dan serba membayangkan. Beda dengan “ilmu politik” yang lebih banyak praktiknya ketimbang teori atau pendapat para ahli, pakar.

Kembali ke pokok peristiwa. Mau tak mau juga menyangkut sejarah peradaban manusia. Kekokohan tokoh seorang raja, yang diakui oleh beberapa agama langit, malah menjadikan pihak yang tak jelas tongkrongannya didaulat sebagai musuh masuk selimut. Bingung kan.

Hasil analisa tokoh lintas agama, serta yang malah diperkuat dengan mantan tukang adu domba, mantan biang memperkeruh suasana yang memberi kesempatan kepada pihak penjala ikan, sepakat dengan satu simpul duga.

Siapa atau pihak mana yang potensial layak “ditakuti” pemerintah ternyata hanya seekor nyamuk betina. Ingat kisah sang raja, yang takluk oleh nyamuk yang keblusuk, kesasar masuk ke luang telinganya.

Sejarah memang tak berulang, karena beda waktu dan lain tempat. Cuma sejarah harus dijadikan pelajaran. Bukan sebagai mata pelajaran yang menentukan kenaikan klas atau kelulusan ujian akhir. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar