Halaman

Jumat, 07 Juli 2017

demokrasi negara berdasarkan hukum, kalah menang ditentukan suara vs salah benar ditentukan Rp



demokrasi negara berdasarkan hukum, kalah menang ditentukan suara vs salah benar ditentukan Rp

Betapa bangganya presiden RI saat itu, ketika tahu bahwa Indonesia sebagai anggota PBB, merupakan satu-satunya negara yang mempunyai Pancasila. Semakin besar kepala ketika tahu kalau penggali Pancasila adalah para pendiri bangsa yang dimotori oleh bapak moyangnya.

Merasa punya ilmu yang diturunkan, diwariskan secara biologis dengan kandungan, kadar, komposisi ideologis di atas rata-rata nasional, membuatnya jadi serba merasa bisa. Sebagai orangtua, wajar kalau bilang ke anaknya, bahwa anaknya adalah anak pandai. Untuk membesarkan hati sang anak, karena saat itu tidak bisa lanjut kuliahnya.

Berkat bimbingan dan bombongan sang ayah, akhirnya orang hanya kasihan dan iba terhadapnya. Tapi rasa iba dan kasihan rakyat di awal reformasi tidak sebagai atau tepatnya malah tidak dimanfaatkan untuk kemanfaatan bagi rakyat.

Hukum politik saat itu, di pemilu 1999, yang menang otomatis oknum ketum parpolnya menjadi presiden. Karena bukan pilpres langsung, masih lewat suara MPR maka terjadilah apa yang sudah terjadi. Relam jejak di satu periode 1999-2004 sebagai wapres dan presiden, sebagai modal politik maju.

Hukum politik mendominasi berbagai hukum buatan manusia yang laku dan berlaku di Nusantara. Manusia politik selalu kalah langkah dengan manusia ekonomi yang sudah klas dunia. Rekonsiliasi semangkin memformalkan langkah sang naga merah untuk semangkin mencengkeram Nusantara.

Ingat sejarah, penjajah bangsa Belanda menjadikan bangsa Tionghwa yang memang punya bakat dagang apa saja, sebagai warga negara klas 2 setelah Belanda atau bangsa eropa pada umumnya. Walhasil bangsa pribumi menjadi warga negara klas papan bawah.

Sifat ketergantungan pada bangsa asing masih terasa sampai periode 2014-2019. Bukan soal Utang Luar Negeri (ULN) saja kawan. Bisa-bisa dan memang bisa NKRI siap jadi negara bagian dari negara terbanyak populasinya. Negara yang paling bersahabat dengan Nusantara.

Selain ULN yang diperparah dengan kasus kerugian (uang) negara oleh akibat tipikor, semakin diusut semakin kusut. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar