banyolan atau teka-teki bapak
presiden
Adalah berita “Jokowi Sebut Tiga Provinsi” (Republika, Jumat 14 Juli 2017, halaman 2
‘Nasional’). Cuplikan alenia pertama :
JAKARTA. Presiden Joko Widodo
(Jokowi) menyebut ada tiga provinsi yang sedang dikaji sebagai calon ibu kota
baru. Namun, Jokowi enggan membeberkan provinsi mana saja yang sedang dikaji
itu. Hal ini untuk mengantisipasi harga tanah yang dapat melambung tinggi
akibat aksi para spekulan.
Seolah wacana mencari calon lokasi
ibukota NKRI, sebagai pengganti DKI Jakarta, sebagai berita besar, pekerjaan
besar, prestasi besar pemerintah periode 2014-2019.
Rekam jejak dalam gusur-menggusur sebagai
ciri khas aparat Jakarta – ingat Jakarta kota BMKG (macet, banjir, kebakaran
dan gusur-menggusur) – maka disimpulkan menggusur ibukota negara adalah hal
sepele. Seperti pedagang kaki lima yang pengalaman dirazia sampai kondisi
paling pahit, parah dan meninggalkan trauma.
Agaknya main politik presiden sudah
dibajak para pembantunya, relawan atau diambil paksa oleh investor politik. Sehingga
banyak sepak terjang, langkah politik, catur politik di luar agenda. Bersifat improvisasi.
Mana suka, sesuai ingatan yang melintas.
Terlebih akhir paruh waktu periode
2014-2019 seakan meluncur bebas. Semua pihak, sebagai akibat negara multipartai
menjadikan NKRI negara multipilot. Ironis binti miris, anak belum cukup umur, namum
menang merek, ikut tampil sebagai pengatur lalu lintas politik.
Indonesia sebagai negara berkembang,
maka politik adalah segala-galanya.
Antara dosa politik dengan amal politik
adu kuat, adu cepat. Tak ada gengsi-gengsian. 24 jam sehari semalam dirasa
kurang. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar