koalisi parpol vs susu sebelanga dibalas tuba
setitik
Apapun
bisa terjadi di industri syahwat politik, bahkan di luar nalar politik sang
oknum ketua umum. Bisa bak mesin pengganda uang. Bisa bak pabrik pejuang ideologi
yang tak ada matinya.
Hebatnya
lagi, demi aturan main yang konstitusional, satu parpol dianggap kurang seksi, sepi
gairah, minim greget, terjadilah koalisi dua parpol atau lebih. Masalah mulai
merekah. 2 atau 3 oknum ketua umum harus rela berbagi kursi yang hanya tersedia
satu buah.
Apa
yang hebat jika ada sebuah organisasi kemasyarakatan, oleh penguasa dianggap
anti-Pancasila. Masih dianggap kurang anggapan, dibumbui dengan rasa ada niat
makar. Minimal terbukti ormas demikian telah mempunyai rekam jejak yang tidak
memperjuangkan isi perut rakyat.
Di pihak
lain, perut rakyat dijadikan tabung reaksi dengan dalih ketahanan pangan domestik,
lokal dan tradisional. Peduli pemerintah dengan mendirikan satgas bumbu dapur. Tujuan
utamanya jangan sampai bumbu dapur harus impor.
Kepercayaan
rakyat yang dengan ikhlas telah menggunakan hak legal konstitusionalnya pada
saat pesta demokrasi lima tahunan, buah manisnya tidak sampai ke bawah. Tersedot
ke atas atau pihak-pihak yang mempunyai andil, saham, modal kuat sebagai
penyelenggara pesta demokrasi.
Jadi,
jangan heran jika ada pagar hidup, para pengayom dan pengayem masyarakat malah
makan tanaman. Mereka lebih loyal kepada sang juragan, sang majikan, sang
mandor. Metreka sudah tahu nikmat dunia dengan duduk manis di kursi malas. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar