Indonesia korupsimu
abadi
Indonesia
bermula bukannya tanpa apa-apa, bukan pula tanpa modal dasar, modal awal. Jiwa merdeka
sudah terasah ketika merasa duka di bawah kaki bangsa asing di tanah kelahiran
sendiri.
Antar
generasi selalu ada pihak yang ingin merdeka seutuhnya dan pihak yang merasa
nyaman di gerbong duduk bersama bangsa penjajah.
Perlawanan
terhadap penjajah yang bangsa eropa, Jepang, sekutu nyaris ada di semua belahan
Nusantara.
Semangat
Islam menjadi dasar dan modal utama untuk merdeka. Tidak ada manusia menguasai
manusia lainnya sebagai salah satu prinsip dan hakikat merdeka.
Kaum
darah biru gencar angkat bicara dan angkat senjata. Mengenyahkan bangsa asing
yang hanya memproduksi derita rakyat berkepanjangan. Sepanjang musim yang ada.
Penjajah
tak pernah kehabisan akal bulus dan minyak bulus. Memanfaatkan karakter anak
bangsa Nusantara sebagai ras Melayu yang mudah terbuai bujuk rayu.
Anak
bangsa cikal bakal warga negara Indonesia, mudah dininabobokan. Semakin dielus-elus,
diberi mainan, dihadiahi kado kursi serta merta akan jadi penurut.
Bangsa
inlander yang gampang dibuat keblinger. Inlander yang sudah dikasta-kastakan,
dibuat semakin percaya dengan khasiat tuah, ampuh, sakti, digdaya animisme dan
dinamisme. Siap menjadi hamba atas bangsa asing atau yang serba asing tapi
mujarab untuk menyulap ke-”miskin”-annya
Tak perlu
keringat untuk meraup kesuburan ibu Pertiwi. Asal berani malu atau urat malu
sudah putus. Jangan sampai kesalip pihak lawan dalam merebut kekayaan alam yang
tampak di depan mata.
Inlander
yang merasa sebagai bangsa elit keju, melihat rakyat bak tidak bercermin. Merasa
diri lebih layak, pantas, patut, cakap, cerdas.
Indonesia
memang perlu merdeka berkali-kali. Bebas dari penjajahan oleh bangsa sendiri.
Efek
domino pihak yang dibuai penjajah dengan hadiah kado kursi, tetap berlanjut
hingga kini. Bangsa asing, khsusnya dari negara paling bersahabat, memanfaatkan
semangat “inlander” yang masih merasuk ke jiwa penguasa.
Selama
kekayaan alam Nusantara masih melambai-lambai, seolah-olah memanggil putera
bangsa terbaik untuk melebihi panggilan tugas dan wewenangnya.
Tak ayal
dan tak ada aral melintang dipastikan korupsi masih menjadi komponen utama negara yang
serba multi dan méga ini. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar