Halaman

Senin, 17 Juli 2017

Indonesia bergaya kaya, berlagak kuasa, pamer otot kuat



Indonesia bergaya kaya, berlagak kuasa, pamer otot kuat

Cita-cita anak bangsa, putera asli daerah untuk sekolah adalah cukup sederhana. Kalau sudah besar kelak bisa ikut reuni, mempunyai atau mendirikan organisasi kemasyarakatan berbasis alumni.

Minimal numpang beken, kalau ada teman sekolah apalagi teman seangkatan, seklas, bisa menjadi orang. Dan tetap bangga jika ada pejabat publik, yang satu sekolah, walau terjerat OTT KPK. Kawan lama, selamanya kawan, begitu moto alumnus.

Bagi mahasiswa yang tidak sempat meraih gelar akademis, masih tetap sebagai alumni angkatan. Inilah seninya hidup di perguruan tinggi.

Kenangan lama, nostalgia, napak tilas seolah mendominasi daya ingat, memadati sejarah, memori masa lampau, rekam jejak para pensiunan, terlebih yang sudah punya buyut atau yang sudah buyeten.

Mungkin malah terjadi yang tidak punya cita-cita yang muluk-muluk, ambisi selangit malah tahu-tahu bisa jadi orang. Atau di sekolah, di kampus masuk yang tak terkenal, popular. Bukan aktitivis atau tukang unjuk rasa, unjuk raga utawa tukang demo.  Bukan pegiat non-ekstra kurikuler. Buak anak gaul, nyaris culun. Kutu buku juga bukan, apalagi anak berprestasi.

Di Indonesia seolah ada jalan pintas, jalan pendek potong kompas untuk menjadi orang. Bukan karena ada ijazah ‘aspal’. Bukan karena ijazah bisa ‘dihargai’ atau ada harga obralnya. Sejalan dengan pendidikan formal ada sistem Paket.

Orang pun tak perlu merintis “dari angka nol yang pak/bu” untuk memenuhi masa depannya. Memakai batu loncatan. Bahasa kunonya adalah dengan cara menang merek atau merek menang. Bentuk lainnya adalah aji mumpung vs mumpung aji. Banyak praktik yang susah dilacak siapa pencetusnya. Tak layak diungkap karena menyangkut martabat, kehormatan, harga diri ybs. Malah bisa dianggap tebar fitnah.

Jalan pintas untuk meraih predikat juara, pasti juaranya juga hanya sepintas. Kalau PSSI ternyata selama ini mampu bertahan menjadi juara nasional, itu lain pasal, walau kasus sama. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar