NKRI butuh menu khusus
Pancasila buat penguasa
Struktur piramida bentuk dan praktik
pemerintahan di NKRI, bukan tanpa efek domino. Rakyat menerima beban merata,
tepatnya sebagai pendukung total dan loyal NKRI. Banyaknya provinsi, sebaran
populasi, demografi menunjukkan peta multiguna, multimanfaat dan multitafsir.
Pernah wujud pemerintah diibaratkan
bak fauna dinosaurus. Karena pemerintah identik dengan presiden, periode waktu
serta perwujudan nyata kekuatan partai politik. Maka seolah tak ada benang
merah antar periode pemerintah, antar presiden. RPJMN sebagai alat penyambung. Substansinya
merupakan terjemahan janji politik kampanye pasangan capres dan cawapres.
Bentuk nyata kehidupan paket
bermasyarakat plus minus berbangsa dalam keseharian, kalah garang dengan aksi
dan gerakan pengusa saat sibuk bernegara. Memang urus negara tidak boleh
main-main. Tidak boleh coba-coba.
Bongkar pasang kawanan pembantu
presiden. Bagi hasil, balas jasa, balas budi sekaligus balas dendam menjadi
lagu wajib. Sejarah bisa dianakliarkan. Pilkada serentak memang bukan ajang
orang iseng behadiah. Permainan kuasa negara, adu nyali antar kuat ekonomi, maupun
pamer unjuk gigi antar kaya sosial (baca: banyak penganut).
Sila-sila Pancasila digali dan dirumuskan
dari aneka ikatan yang terjalin di rakyat. Tiap teritorial dengan budaya lokal,
kearifan dan kecerdasan lokal, Pancasila tetap eksis, dinamis
Bersyukur, rakyat Indonesia dengan
konsisten, telaten, tanpa pamrih, berperan sebagai pondasi dan tumpuan kehidupan
bermasyarakat. Wujudnya ke kehidupan berbangsa. Persatuan dan kesatuan ini,
mampu menampung dan mendukung bentuk negara dan pemerintahan bagaimanapun.
Ikatan moral sebagai anak bangsa pribumi tak terkoyakkan oleh rayuan ideologi
cinta dunia.
Daya rekat Pancasila ada di
kehidupan sehari-hari rakyat. Belum terpapar, tercemar, terkontaminasi kuman
(partai) politik. Di lain pasal, ternyata daya retak Pancasila menjadi hak
milik penguasa, pejabat, penyelenggara negara di semua tingkatan dan lini.
Acap saya tayangkan, betapa pihak
yang semakin jauh dari rakyat, akan berbanding lurus dengan lunturnya
nilai-nilai Pancasila. Terasa di bagian puncak piramida atau golongan (hirarki
rakyat, klas masyarakat, kasta penduduk, kategori keluarga, strata sosial, atau
klasifikasi warga negara) menegah ke atas. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar