Budaya Nerimo
Rakyat Adalah Doa
Tidak perlu studi banding, laga tanding, adu
sanding untuk mengetahui status nasib rakyat NKRI di kawasan ASEAN. Sudah dijelaskan
liwat peribahasa “lain lubuk, lain ikan”. Diperkuat dengan tamsil “ lain
ladang, lain belalang”.
“Ganti presiden, ganti kebijakan”, ini jargon yang
menentukan jalannya nasib rakyat. Diperkuat dengan semboyan nyata “sama partai,
beda selera”.
Mungkin, ikhwal “berdiri sama tinggi, duduk beda
kuasa” yang senyatanya mereka – bisa oknum, bisa kawanan, komplotan,
koalisi – membutuhkan hak politik rakyat dalam format suara rakyat, hak
pilih rakyat.
Doa rakyat adalah berkuatan tetap. Jika selama,
sepanjang satu periode penguasa secara legal memanipulasi hak-hak rakyat. Apalagi kalau
sampai modus mengkebiri hak asasi rakyat. Terukur pada tampilan dan tayangan
berbasis aneka ujaran oleh partai politik pro-pemerintah.
Doa rakyat adalah doa tak terucap. Pola perlawanan batin
rakyat untuk mengimbangi gejolak iklim dan suhu politik yang serba mégaéfék, mégatéga,
anéka méga. Antar penyelenggara negara sudah saling téga. Rakyat yang
terang-benderang daya ideologinya, ambil kesempatan maupun semakin memperkeruh
suasana. Mereka yakin, tulang pun tak kebagian.
Doa rakyat adalah uro-uro pengelipur lara, penghibur diri. Sambat ke yang punya dirinya. Tidak perlu
mengeluh liwat media sosial. Tidak perlu pamér bégo ala politisi sesat. Rakyat
tetap sibuk uber ekonomi harian.
Doa rakyat secara berseninambungan dari pula
terpencil, daerah pinggiran, komunitas terluar, sejalan dengan edar matahari. Membentuk
jaringan yang kokoh. Tak bisa diintervensi oleh tenaga dalam maupun arus luar. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar