Halaman

Sabtu, 28 Juli 2018

Budaya Nerimo Rakyat Adalah Doa


Budaya Nerimo Rakyat Adalah Doa

Tidak perlu studi banding, laga tanding, adu sanding untuk mengetahui status nasib rakyat NKRI di kawasan ASEAN. Sudah dijelaskan liwat peribahasa “lain lubuk, lain ikan”. Diperkuat dengan tamsil “ lain ladang, lain belalang”.

“Ganti presiden, ganti kebijakan”, ini jargon yang menentukan jalannya nasib rakyat. Diperkuat dengan semboyan nyata “sama partai, beda selera”.

Mungkin, ikhwal “berdiri sama tinggi, duduk beda kuasa” yang senyatanya mereka bisa oknum, bisa kawanan, komplotan, koalisi membutuhkan hak politik rakyat dalam format suara rakyat, hak pilih rakyat.

Doa rakyat adalah berkuatan tetap. Jika selama, sepanjang satu periode penguasa secara legal  memanipulasi hak-hak rakyat. Apalagi kalau sampai modus mengkebiri hak asasi rakyat. Terukur pada tampilan dan tayangan berbasis aneka ujaran oleh partai politik pro-pemerintah.

Doa rakyat adalah doa tak terucap. Pola perlawanan batin rakyat untuk mengimbangi gejolak iklim dan suhu politik yang serba mégaéfék, mégatéga, anéka méga. Antar penyelenggara negara sudah saling téga. Rakyat yang terang-benderang daya ideologinya, ambil kesempatan maupun semakin memperkeruh suasana. Mereka yakin, tulang pun tak kebagian.

Doa rakyat adalah uro-uro pengelipur lara, penghibur diri. Sambat ke yang punya dirinya. Tidak perlu mengeluh liwat media sosial. Tidak perlu pamér bégo ala politisi sesat. Rakyat tetap sibuk uber ekonomi harian.

Doa rakyat secara berseninambungan dari pula terpencil, daerah pinggiran, komunitas terluar, sejalan dengan edar matahari. Membentuk jaringan yang kokoh. Tak bisa diintervensi oleh tenaga dalam maupun arus luar. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar