INDONESIA–ku, uber kursi
presiden vs daur ulang Pancasila
Banyolan politik yang
semi tragis jika pelaku utamanya adalah penguasa tunggal tingkat nasional. Bukan
sibuk fokus ke tanggung jawab. Lebih nikmat menikmati sibuk memperpanjang
kontrak politik lima tahunan.
Rakyat bersyukur, semua
manusia politik muncul di permukaan Ibu Pertiwi. Semua tampil tanpa malu-malu. Pemain
juara bertahan, pemain bangkotan, pemain abal-abal sampai pemain klas picisan. Merasa
terpanggil, merasa yakin diri, merasa mampu tampil di barisan terdepan. Memberi
aba-aba.
Dasar negara agar tampak
kinclong, perlu divermak. Didaur ulang. Dikaji ulang oleh petinggi bangsa. Dijadikan
proyek perumusan ulang, peningkatan, pemantapan sila-sila Pancasila. Sila yang
menjadi batu sandungan penguasa, diperhalus maknanya.
Bukan salah fenomena
terjadi strata sosial, klas masyarakat, kasta penduduk, kategori keluarga atau
klasifikasi warga negara. Namanya ‘rakyat’, menjadi ‘beban mati’ setiap
pemerintahan. Lema ‘warga negara, dibuat sedemikian rupa sehingga memberi
peluang kepada pihak asing.
Tak salah kawan, dua
permainan politik tingkat tinggi, didukung dengan aneka modus, motif
manipulasi, pola rekayasa. Tinggal menterjemahkan konspirasi, skenario investor
politik. Pelakunya belajar dari pengalamannya selama 2014-2019. Abaikan nasib rakyat. Salah sendiri mau jadi rakyat.[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar