Halaman

Selasa, 17 Juli 2018

INDONESIA–ku, uber kursi presiden vs daur ulang Pancasila


INDONESIA–ku, uber kursi presiden vs daur ulang Pancasila

Banyolan politik yang semi tragis jika pelaku utamanya adalah penguasa tunggal tingkat nasional. Bukan sibuk fokus ke tanggung jawab. Lebih nikmat menikmati sibuk memperpanjang kontrak politik lima tahunan.

Rakyat bersyukur, semua manusia politik muncul di permukaan Ibu Pertiwi. Semua tampil tanpa malu-malu. Pemain juara bertahan, pemain bangkotan, pemain abal-abal sampai pemain klas picisan. Merasa terpanggil, merasa yakin diri, merasa mampu tampil di barisan terdepan. Memberi aba-aba.

Dasar negara agar tampak kinclong, perlu divermak. Didaur ulang. Dikaji ulang oleh petinggi bangsa. Dijadikan proyek perumusan ulang, peningkatan, pemantapan sila-sila Pancasila. Sila yang menjadi batu sandungan penguasa, diperhalus maknanya.

Bukan salah fenomena terjadi strata sosial, klas masyarakat, kasta penduduk, kategori keluarga atau klasifikasi warga negara. Namanya ‘rakyat’, menjadi ‘beban mati’ setiap pemerintahan. Lema ‘warga negara, dibuat sedemikian rupa sehingga memberi peluang kepada pihak asing.

Tak salah kawan, dua permainan politik tingkat tinggi, didukung dengan aneka modus, motif manipulasi, pola rekayasa. Tinggal menterjemahkan konspirasi, skenario investor politik. Pelakunya belajar dari pengalamannya selama 2014-2019. Abaikan nasib rakyat. Salah sendiri mau jadi rakyat.[HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar