Halaman

Selasa, 03 Juli 2018

keluhan dan kesimpulan, bukan harga mati


keluhan dan kesimpulan, bukan harga mati

Beda peran jelas beda karakter. Bisa tahu sama tahu atau saling menjagal dan menjegal. Dalam kesepaktan tertentu, seolah antara manusia ekonomi vs manusia politik tampak akrab. Saling balas pantu puja-puji.

Di internal kawanan manusia politik, diwarnai adu gèsèk. Kepentingan menjadi tujuan bersama. Hukum rimba berlaku tanpa kode etik, bebas aturan main. Tidak ada istilah politik bagi hasil. Tergantung pemilik saham mayoritas.

Nilai tukar Rp, tergantung adu untung tangan dingin manusia ekonomi atau pebisnis, pengusaha, investor. Biaya poltik, sogok politik bahkan todong politik tak mempan mempengaruhi mekanisme pasar dunia.

Kebijakan politik pemerintah, hanya sebagai langkah proaktif, preventif dan antisipatif. Terkesan menunggu atau setelah jenggot habis terbakar. Usaha akhir menyelamatakan harga diri yang tersisa.

Faktor keberuntungan atau berharap adanya fenomena invisible hand. Pemerintah tak mau kalah dengan siap senjata pamungkas. Kondisi nasional gawat darurat, pemerintah diuntungkan bisa bebas bermain di semua lini.

Maraknya bawang bombai mini selundupan di pasar tradisional, sebagai pengganti bawang merah. Siapa yang menjadi pemain. Pihak asingkah atau hasil koalisi, kolaborasi antara multinasional dengan multi asing.

Di Nusantara ini, dengan asas ‘kasih uang habis perkara’ sudah usang. Ada yang lebih manjur, mujarab, cespleng. Tidak perlu keluar uang rokok, uang bensin, uang lelah, uang duduk, uang dengar. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar