INDONESIA–ku, Ibu
Pertiwi terkontaminasi gizi buruk politik penguasa
Lembaga survei tanpa survei, belum
menerima pesanan. Terbaca, tersirat ada apa di balik kisah sukses pilkada
serentak rabu 27 Juni 2018. Koalisi antar parpol pengusung paslon, tinggal
kipas-kipas. Bangga atau sebaliknya, kegerahan. Namanya politik Nusantara. Perjanjian
dengan setan politik menjadi agenda tersembunyi.
Sasaran utama di pemilu legislatif 2019
yang serentak dengan pilpres pada rabu 17 April 2019.
Akankah pilkada serentak di tahun
politik 2018 sebagai barometer peta politik atau puncak gunung es. Pihak yang
mengandalkan konspirasi, skenario maupun dukungan investor politik semakin
bingung. Di luar perasaan, padahal sudah biaya politik non-budgeter.
Yang jelas-jelas saja kawan. Semboyan
wajib ‘belum meminang sudah menimang’ merasuki daya juang 2014-2019. Pergantian
pemain hanya terjadi di lini pembantu presiden.
Belum-belum, sibuknya penguasa
menjadikan fokus ke urusan rebut kursi. Urusan rakyat serahkan kepada ahlinya. Sentimen
negatif rakyat menjadi alasan penerapan pasal makar. Kelompok kriminal separatis
bersenjata, susah diliput langsung. Abaikan. Cari yang gampang digebuk, rembuk
belakangan.
Pasal perbuatan tidak menyenangkan
penguasa, bisa tanggung sial. Bisa diungkit bebas dan disangkutpautkan. Pintu masuk
untuk membasmi di tempat pihak yang anti-kemapanan. Kursi penguasa tak bisa
sembarang digoyang, digeser atau dinonaktifkan.
Beban dosa politik masa lalu adu
kuat dengan tanggungan dosa politik masa depan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar