Halaman

Jumat, 13 Juli 2018

INDONESIA–ku, Ibu Pertiwi terkontaminasi gizi buruk politik penguasa


INDONESIA–ku, Ibu Pertiwi terkontaminasi gizi buruk politik penguasa

Lembaga survei tanpa survei, belum menerima pesanan. Terbaca, tersirat ada apa di balik kisah sukses pilkada serentak rabu 27 Juni 2018. Koalisi antar parpol pengusung paslon, tinggal kipas-kipas. Bangga atau sebaliknya, kegerahan. Namanya politik Nusantara. Perjanjian dengan setan politik menjadi agenda tersembunyi.

Sasaran utama di pemilu legislatif 2019 yang serentak dengan pilpres pada rabu 17 April 2019.

Akankah pilkada serentak di tahun politik 2018 sebagai barometer peta politik atau puncak gunung es. Pihak yang mengandalkan konspirasi, skenario maupun dukungan investor politik semakin bingung. Di luar perasaan, padahal sudah biaya politik non-budgeter.

Yang jelas-jelas saja kawan. Semboyan wajib ‘belum meminang sudah menimang’ merasuki daya juang 2014-2019. Pergantian pemain hanya terjadi di lini pembantu presiden.

Belum-belum, sibuknya penguasa menjadikan fokus ke urusan rebut kursi. Urusan rakyat serahkan kepada ahlinya. Sentimen negatif rakyat menjadi alasan penerapan pasal makar. Kelompok kriminal separatis bersenjata, susah diliput langsung. Abaikan. Cari yang gampang digebuk, rembuk belakangan.

Pasal perbuatan tidak menyenangkan penguasa, bisa tanggung sial. Bisa diungkit bebas dan disangkutpautkan. Pintu masuk untuk membasmi di tempat pihak yang anti-kemapanan. Kursi penguasa tak bisa sembarang digoyang, digeser atau dinonaktifkan.

Beban dosa politik masa lalu adu kuat dengan tanggungan dosa politik masa depan. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar