Halaman

Jumat, 13 Juli 2018

INDONESIA–ku, bukan tempat pembuangan akhir sampah ideologi asing, usang


INDONESIA–ku, bukan tempat pembuangan akhir sampah ideologi asing, usang

Sah-sah saja kalau NKRI sebagai negara multipartai, disegani dan diperhitungkan dengan seksama. Bukan karena Pancasila. Lebih disebabkan oleh modus politik penguasa. Corak dan motif politik dunia, yang sudah terkubur maupun masih berkibar, ada di Nusantara.

Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, susah ditebak larinya.

Komposisi atau kandungan ideologi politik dalam negeri, menjadikan bangsa lain harus ekstra waspada. Mana kawan mana lawan tergantung kepentingan. Mana sekutu mana seteru sesuai kesepakatan. Mana sahabat mana musuh ditentukan sistem bagi hasil.

Indikasi, kontra indikasi, efek samping, tepatnya produk unggulan sekalgus produk sampingan sebuah parpol.

Temuan baru kawan.

Yang lama. Penyelenggara negara, semakin jauh dari pangkalan rakyat akan berbanding lurus dengan pendangkalan perwujudan sila-sila Pancasila.

Temuan baru. Sebuah parpol yang merasa pro-rakyat maka akan tergantung pada skenario asing. Menjadi bebas Pancasila. Bukan anti-Pancasila. Merasa menemukan dalil kehidupan berbasis sanjungan, puja-puji. Steril dari kritik. Anti gesek dan terpaan fakta lapangan. Pokoké menang. Daya jual ideologi loyalis sudah dibayar lunas di muka.

Daya kritis ideologi rakyat, tertempa oleh aneka ujaran penguasa. Rakyat tahu mana pihak yang mempunyai riwayat dendam. Mana manusia politik yang mengutamakan terpenuhi haus kuasa, rakus kaya, nafsu kuat. Ingat berhala reformasi. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar