INDONESIA–ku, bukan
tempat pembuangan akhir sampah ideologi asing, usang
Sah-sah saja kalau NKRI sebagai
negara multipartai, disegani dan diperhitungkan dengan seksama. Bukan karena
Pancasila. Lebih disebabkan oleh modus politik penguasa. Corak dan motif
politik dunia, yang sudah terkubur maupun masih berkibar, ada di Nusantara.
Politik luar negeri Indonesia yang
bebas aktif, susah ditebak larinya.
Komposisi atau kandungan ideologi
politik dalam negeri, menjadikan bangsa lain harus ekstra waspada. Mana kawan
mana lawan tergantung kepentingan. Mana sekutu mana seteru sesuai kesepakatan. Mana
sahabat mana musuh ditentukan sistem bagi hasil.
Indikasi, kontra indikasi, efek
samping, tepatnya produk unggulan sekalgus produk sampingan sebuah parpol.
Temuan baru kawan.
Yang lama. Penyelenggara negara,
semakin jauh dari pangkalan rakyat akan berbanding lurus dengan pendangkalan
perwujudan sila-sila Pancasila.
Temuan baru. Sebuah parpol yang
merasa pro-rakyat maka akan tergantung pada skenario asing. Menjadi bebas
Pancasila. Bukan anti-Pancasila. Merasa menemukan dalil kehidupan berbasis
sanjungan, puja-puji. Steril dari kritik. Anti gesek dan terpaan fakta
lapangan. Pokoké menang. Daya jual ideologi loyalis sudah dibayar lunas di
muka.
Daya kritis ideologi rakyat,
tertempa oleh aneka ujaran penguasa. Rakyat tahu mana pihak yang mempunyai
riwayat dendam. Mana manusia politik yang mengutamakan terpenuhi haus kuasa,
rakus kaya, nafsu kuat. Ingat berhala reformasi. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar