Halaman

Selasa, 17 Juli 2018

Ketika Stamina Meredup Di Pagi Hari


Ketika Stamina Meredup Di Pagi Hari

Secara medis, ilmu kedokteran atau aspek kesehatan, wajar dan manusiawi. Tidur malam kurang berkualitas. Jiwa tidak mau diajak kompromi. Jam malam digariskan oleh-Nya untuk istirahat.

Jam malam di atas, sesuai aspek religi. Ilmu gizi berujar lain. Perut kosong jangan diajak tidur. Lambung santai malah bingung. Tidur perlu enerji. Agar mimpi sampai pagi dan lanjut rawat ambisi di siang. Ketika terjaga, rasanya baru merebahkan badan.

Bangun pagi kalah dengan sang fajar berkibar. Tak terima dan tak mau kalah. Umpat dalam hati. Hati kecil juga mengatakan apa adanya. Merasa kalah dengan atau melawan waktu.

Umat manusia yang sadar waktu dengan menyegerakan kebajikan. Tidak sekedar ‘waktu adalah uang’. Waktu tak ternilai oleh mata uang mana pun di dunia. Hidup memang fungsi waktu, ruang dan umur/usia.

Umat Islam konsisten, mendawamkan, membiasakan, kontinyu mengawali hidup harian dari sepertiga akhir malam. Bukan uber sukses dunia dan kekal bahagia akhirat. Lebih dari itu. Lakukan perintah-Nya secara total dan jauhi larangan-Nya dengan kuat, tanpa hitung-hitungan dengan Allah swt.

Anak muda yang ahli ibadah, beramal, anak masjid dianggap luar biasa. Tergantung siapa dulu orangtuanya. Anak manusia berusia melampaui Rasulullah saw, bonus, rajin tingkatkan nilai Islam, iman dan taqwa, dikatakan wajar. Bau tanah atau kesempatan terakhir, injury time.

Asas amal ringan, kecil tapi menerus,  menunjukkan bahwa ini sebagai awal, dasar, modal untuk umat Islam. Sebagai bakat yang harus dirawat, diikuti pola kerja keras, rasa ukhuwah, dan beberapa peluang. Menjadikan sosok umat Islam menjadi komunitas yang solid. Tidak perlu ragu dan gentar oleh gempuran ujaran berbasis melemahkan mental.

Eksistensi generasi pewaris masa depan telah menunjukkan bahwa disiplin lingkungan, sinergitas komunitas dan kekuatan mental untuk menjaga daya bakat di atas.

Jangan lengah sekaligus pongah. Gesekan internal, contoh nyata adalah pendidikan formal seseorang tidak menjamin kadar imu agamanya, menjadi bara dalam sekam. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar