kecébong, kamprét vs
bégal, jambrèt
Efek domino revolusi mental merasuk
kesemua lini, kesegenap tatanan dan tataran kehidupan di Nusantara. Terasa nyata
sampai sumsum anak bangsa pribumi, putra putri asli daerah maupun rakyat
bumiputera.
Nyali pelaku tindak kriminal di
jalanan dengan pelaku kejahatan di media sosial, beda tipis. Bukan salah bunda
mengandung, bukan salah ajar dan didik di rumah. Bukan salah asupan gizi,
nutrisi.
Beda pada alat. Penjahat recehan di
medsos, tampak gaya jika memakai lema ‘kecébong’ dan ‘kamprét. Kawanan ini
didominasi oleh loyalis penguasa. Jangankan
klas jalanan, pembantu presiden pun dalam ujaran lisan semakin menunjukkan jati
diri. Isi perut dan kadar nalar, skala orak, daya pikir.
Kalau KKN (korupsi, kolusi,
nepotisme) menjadi bagian integral daya juang ideologi. Produk unggulan sampai
produk sampingan parpol berbasis kursi.
Pengguna aktif ujaran pamer bodoh
yang ahli merekayasa baha baku kecébong dan sekaligus kamprét, memang masuk
kategori keterbelakangan peradaban. Tanpa sadar merusak masa depannya. Sesuai skenario
pihak yang tak ingin NKRI utuh dan bersatu.
Dompet, HP lebih berharga daripada
nyawa, motto kawanan bégal plus minus jambrèt di jalanan. Asal bangsa ini rusak
luar dalam menjadi acuan utama pengguna aktif kecébong plus minus kamprét di
medsos.
Memang, musuh dalam selimut atau
penggerogot konco dw tak tampak nyata. Hasilnya terukur. Begitu jenggot musnah
terbakar. Siap saling tuduh. Kambing hitam sudah tak laku lagi. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar