Halaman

Rabu, 11 Juli 2018

kecébong, kamprét vs bégal, jambrèt


kecébong, kamprét vs bégal, jambrèt

Efek domino revolusi mental merasuk kesemua lini, kesegenap tatanan dan tataran kehidupan di Nusantara. Terasa nyata sampai sumsum anak bangsa pribumi, putra putri asli daerah maupun rakyat bumiputera.

Nyali pelaku tindak kriminal di jalanan dengan pelaku kejahatan di media sosial, beda tipis. Bukan salah bunda mengandung, bukan salah ajar dan didik di rumah. Bukan salah asupan gizi, nutrisi.

Beda pada alat. Penjahat recehan di medsos, tampak gaya jika memakai lema ‘kecébong’ dan ‘kamprét. Kawanan ini didominasi oleh  loyalis penguasa. Jangankan klas jalanan, pembantu presiden pun dalam ujaran lisan semakin menunjukkan jati diri. Isi perut dan kadar nalar, skala orak, daya pikir.

Kalau KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) menjadi bagian integral daya juang ideologi. Produk unggulan sampai produk sampingan parpol berbasis kursi.

Pengguna aktif ujaran pamer bodoh yang ahli merekayasa baha baku kecébong dan sekaligus kamprét, memang masuk kategori keterbelakangan peradaban. Tanpa sadar merusak masa depannya. Sesuai skenario pihak yang tak ingin NKRI utuh dan bersatu.

Dompet, HP lebih berharga daripada nyawa, motto kawanan bégal plus minus jambrèt di jalanan. Asal bangsa ini rusak luar dalam menjadi acuan utama pengguna aktif kecébong plus minus kamprét di medsos.

Memang, musuh dalam selimut atau penggerogot konco dw tak tampak nyata. Hasilnya terukur. Begitu jenggot musnah terbakar. Siap saling tuduh. Kambing hitam sudah tak laku lagi. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar