Bandingkan Harga Dirimu
Dengan Nilai Jualmu
Pepatah ilmu padi, tak
berlaku bagi kaum parlenté. Pejabat, petinggi semacam kepala negara, butuh
tampilan. Butuh jaga citra, pesona, wibawa. Saking butuhnya, butuh dukungan
hukum. Dilindungi undang-undang. Pantang diusik apalagi dihina.
Semboyan ‘biar miskin
tapi gaya’, lepas dari dalil religius, sangat berarti bagi pemilik fakta ‘sudah tong kosong tambah kopong’. Kembali ke pasal pejabat. Tampil garang agar total loyalitasnya teruji.
Masuk ke skala, garang-garing. Berani malu, sesuai imbalan dunia.
Dari alas kaki sampai
tutup kepala, sebagai identitas diri. Atribut diri yang sejatinya hanya
polesan, semu, buatan. Beda dengan yang punya badan kekar, sexy. Malah pamer
raga.
Beteng yang kuat, bukan
sekedar melindungi sesuatu yang tak ternilai. Justru bisa untuk menutupi sifat
lemah. Orang bijak berujar, jangan lindungi rumah tinggalmu dengan pagar
tinggi. Jaga adab bertetangga. Mereka sejatinya yang menjadi ‘penjaga’ rumahmu.
Jiwa yang tenang, tetap
tenang dalam segala tindakannya. Terlatih, terbiasa berpikir cerdas, baik,
santun akan terwujud dalam kehidupan. Orang lain yang merasakan.
Lingkungan mendapat berkah.
Tak salah ada yang
bergaya low profile, agar dikira bak ilmu padi. Ekspresi wajahnya tidak bisa menutupi isi
hatinya. Mirip ujaran di atas, gengsi akan mengalahkan fakta low income.
Jiwa yang tenang sebagai
acuan konsep jiwa-raga. Allah swt lebih menyukai hamba-Nya yang kuat. Jangan
kau tinggalkan generasi yang lemah. Tersurat dan tersirat di Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul.
Akankah seseorang
bertambah percaya diri dengan deretan gelar akademis. Lebih panjang dari nama
dirinya. Atau berkat warisan nama besar keluarga, menjadi yakin diri. Lepas dari
batasan kasta, marga, gelar ‘darah biru’.
Malu diri untuk
mengetahui kekurangan diri sendiri. Sedikit sanjungan, kepala terasa membesar. Dada
menggunung. Tak punya waktu untuk evaluasi diri sejak pagi. Sibuk melatih diri
di depan cermin. Gaya apa hari ini.
Semakin anak manusia
mati gaya, mati langkah, mati kutu akan semakin menampakkan jati dirinya “siapa
aku!”. Mendongakkan kepala. Tepuk jidat.
“Aku ini bukan siapa-siapa. Tak punya apa-apa”, bersitan isi hati yang tersisa.
[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar