Halaman

Senin, 16 Juli 2018

Bandingkan Harga Dirimu Dengan Nilai Jualmu


Bandingkan Harga Dirimu Dengan Nilai Jualmu

Pepatah ilmu padi, tak berlaku bagi kaum parlenté. Pejabat, petinggi semacam kepala negara, butuh tampilan. Butuh jaga citra, pesona, wibawa. Saking butuhnya, butuh dukungan hukum. Dilindungi undang-undang. Pantang diusik apalagi dihina.

Semboyan ‘biar miskin tapi gaya’, lepas dari dalil religius, sangat berarti bagi pemilik fakta ‘sudah tong kosong tambah kopong’. Kembali ke pasal pejabat. Tampil garang agar total loyalitasnya teruji. Masuk ke skala, garang-garing. Berani malu, sesuai imbalan dunia.

Dari alas kaki sampai tutup kepala, sebagai identitas diri. Atribut diri yang sejatinya hanya polesan, semu, buatan. Beda dengan yang punya badan kekar, sexy. Malah pamer raga.

Beteng yang kuat, bukan sekedar melindungi sesuatu yang tak ternilai. Justru bisa untuk menutupi sifat lemah. Orang bijak berujar, jangan lindungi rumah tinggalmu dengan pagar tinggi. Jaga adab bertetangga. Mereka sejatinya yang  menjadi ‘penjaga’ rumahmu.

Jiwa yang tenang, tetap tenang dalam segala tindakannya. Terlatih, terbiasa berpikir cerdas, baik, santun akan terwujud dalam kehidupan. Orang lain yang merasakan. Lingkungan mendapat berkah.

Tak salah ada yang bergaya low profile, agar dikira bak ilmu padi. Ekspresi wajahnya tidak bisa menutupi isi hatinya. Mirip ujaran di atas, gengsi akan mengalahkan fakta low income.

Jiwa yang tenang sebagai acuan konsep jiwa-raga. Allah swt lebih menyukai hamba-Nya yang kuat. Jangan kau tinggalkan generasi yang lemah. Tersurat dan tersirat di Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

Akankah seseorang bertambah percaya diri dengan deretan gelar akademis. Lebih panjang dari nama dirinya. Atau berkat warisan nama besar keluarga, menjadi yakin diri. Lepas dari batasan kasta, marga, gelar ‘darah biru’.

Malu diri untuk mengetahui kekurangan diri sendiri. Sedikit sanjungan, kepala terasa membesar. Dada menggunung. Tak punya waktu untuk evaluasi diri sejak pagi. Sibuk melatih diri di depan cermin. Gaya apa hari ini.

Semakin anak manusia mati gaya, mati langkah, mati kutu akan semakin menampakkan jati dirinya “siapa aku!”.  Mendongakkan kepala. Tepuk jidat. “Aku ini bukan siapa-siapa. Tak punya apa-apa”, bersitan isi hati yang tersisa. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar