tak ada makar, geliat
anak bangsa disasar
Ceritanya tentang negara
tetangga. Tepatnya, tetangganya negara tetangga. Namanya berita, bisa sampai
telinga siapa saja. Bahkan sebelum kejadian perkara, berita sudah tersiar
secara resmi. Inilah dunia kita.
Orang berlama-lama
nangkring dan/atau nongkrong di WC umum, serta-merta dicurigai opas setempat,
didakwa akan “nge-bom”. Memang calon terdakwa ada niat membuang “bom kuning”. Apalagi
kalau WC umum bertengger di sepanjang pinggir sungai.
Ikan siap memangsa
bersaing dengan pak opas yang siap menggerebek sarang pembuat bom. Menangkap basah
cikal bakal “tukang bom” sebelum terbukti berperilaku.
Satu-satunya pasal yang
meringankan calon “tukang bom” karena ybs memang sedang meringankan tubuh. Membuang
isi perut daripada ngumpet lama di perut bisa jadi biang penyakit. Beberapa isi
perut menembakkan suara, membikin aparat siaga. Dikira ada serangan fajar yang
mirip politik uang atau biaya politik.
Jangan-jangan, kumpul di
warung kopi sambil berucap dan bercuap bebas, akan dikenai pasal ujaran
kebencian. Atau patut diduga akan merencanakan penjarahan toko sembako.
Paling runyam, pesta
hajatan yang dimeriahkan musik picisan, music pinggiran ndangdhut ala aroma
irama syahawat politik, dicurigai hidup-hidup menghadirkan “bom sex”.
Seperti zaman kompeni,
pria berjanggut akan diikuti kemana saja pergi. Takut kalau akan menggalang
massa untuk gotong royong membersihkan “sampah masyarakat” yang berserakan,
bertumpuk di gedung pemerintah. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar