Halaman

Rabu, 28 Juni 2017

tak ada makar, geliat anak bangsa disasar



tak ada makar, geliat anak bangsa disasar

Ceritanya tentang negara tetangga. Tepatnya, tetangganya negara tetangga. Namanya berita, bisa sampai telinga siapa saja. Bahkan sebelum kejadian perkara, berita sudah tersiar secara resmi. Inilah dunia kita.

Orang berlama-lama nangkring dan/atau nongkrong di WC umum, serta-merta dicurigai opas setempat, didakwa akan “nge-bom”. Memang calon terdakwa ada niat membuang “bom kuning”. Apalagi kalau WC umum bertengger di sepanjang pinggir sungai.

Ikan siap memangsa bersaing dengan pak opas yang siap menggerebek sarang pembuat bom. Menangkap basah cikal bakal “tukang bom” sebelum terbukti berperilaku.

Satu-satunya pasal yang meringankan calon “tukang bom” karena ybs memang sedang meringankan tubuh. Membuang isi perut daripada ngumpet lama di perut bisa jadi biang penyakit. Beberapa isi perut menembakkan suara, membikin aparat siaga. Dikira ada serangan fajar yang mirip politik uang atau biaya politik.

Jangan-jangan, kumpul di warung kopi sambil berucap dan bercuap bebas, akan dikenai pasal ujaran kebencian. Atau patut diduga akan merencanakan penjarahan toko sembako.

Paling runyam, pesta hajatan yang dimeriahkan musik picisan, music pinggiran ndangdhut ala aroma irama syahawat politik, dicurigai hidup-hidup menghadirkan “bom sex”.

Seperti zaman kompeni, pria berjanggut akan diikuti kemana saja pergi. Takut kalau akan menggalang massa untuk gotong royong membersihkan “sampah masyarakat” yang berserakan, bertumpuk di gedung pemerintah. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar