Halaman

Minggu, 25 Juni 2017

sekarang saat tepat Indonesia mandiri dan swasembada ideologi



sekarang saat tepat Indonesia mandiri dan swasembada ideologi

Industri, komoditas dan syahwat politik Nusantara tak akan pernah redup dari gegap-gempita urusan berhala reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa). Puncak atau klimaksnya di periode 2014-2019. Daya tarik pergerakan politik bebas aktif dalam negeri yang identik dengan makar konstitusional.

Politisi sipil seoleh berbagi ruang dan udara dengan mantan angkatan yang meneruskan perjuangan dan pengabdiannya lewat jalur politik.

Dua periode berturut-turut yaitu 2004-2009 dan 2009-2014 tidak sekedar pembuktian atau bukti sejarah bahwa strategi wawasan kenusantaraan memang harus dalam sistem satu kendali, satu komando. Artinya, mata rantai pergerakan pembangunan nasional, begitu lokomotif pusat bergerak maju maka tak pakai lama, gerbong daerah ikut bergerak.

Ironis sekali kalau semangat otonomi daerah malah menjadikan daerah kabupaten / daerah kota berperan sebagai lokomotif pergerakan pembangunan daerah sekaligus sebagai gerbongnya. Akhirnya pusaran angin politik hanya berkutat di satu tangan dinasti politik. Tak mau kalah bersaing, di tingkat provinsi sudah ada yang menjelma menjadi semacam republik provinsi sebagai efek domino dinasti politik.

Strategi militer yang dipakai oleh politisi “berbaju sipil” adalah cukup sederhana. Menjadikan Jakarta sebagai pusat komando dan sekaligus markas pasar bebas ideologi dunia. Secara adiministrasi kependudukan dan catatan sipil, maka wilayah administrasi Jakarta sebagai tempat pembuangan akhir tenaga asing dengan dalih perjanjian pasar bebas ASEAN- China.

Peta politik nasional versi politisi “berbaju sipil” mengalami salah langkah yang fatal, dikarenakan hasil putaran kedua pilkada gubernur Jakarta, rabu 19 April 2017, di luar skenario mereka. Bandar politik atau investor politik dari negara paling bersahabat tentu tetap tak mau rugi. Mereka akan gigih menuntut kepada “kawan partai” yang selama ini sudah dibibit, dielus-elus, dinonabobokan untuk menguasai  NKRI  dimulai dengan menguasai jantungnya. [HaèN]


sekarang saat tepat Indonesia mandiri dan swasembada ideologi


Industri, komoditas dan syahwat politik Nusantara tak akan pernah redup dari gegap-gempita urusan berhala reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa). Puncak atau klimaksnya di periode 2014-2019. Daya tarik pergerakan politik bebas aktif dalam negeri yang identik dengan makar konstitusional.

Politisi sipil seoleh berbagi ruang dan udara dengan mantan angkatan yang meneruskan perjuangan dan pengabdiannya lewat jalur politik.

Dua periode berturut-turut yaitu 2004-2009 dan 2009-2014 tidak sekedar pembuktian atau bukti sejarah bahwa strategi wawasan kenusantaraan memang harus dalam sistem satu kendali, satu komando. Artinya, mata rantai pergerakan pembangunan nasional, begitu lokomotif pusat bergerak maju maka tak pakai lama, gerbong daerah ikut bergerak.

Ironis sekali kalau semangat otonomi daerah malah menjadikan daerah kabupaten / daerah kota berperan sebagai lokomotif pergerakan pembangunan daerah sekaligus sebagai gerbongnya. Akhirnya pusaran angin politik hanya berkutat di satu tangan dinasti politik. Tak mau kalah bersaing, di tingkat provinsi sudah ada yang menjelma menjadi semacam republik provinsi sebagai efek domino dinasti politik.

Strategi militer yang dipakai oleh politisi “berbaju sipil” adalah cukup sederhana. Menjadikan Jakarta sebagai pusat komando dan sekaligus markas pasar bebas ideologi dunia. Secara adiministrasi kependudukan dan catatan sipil, maka wilayah administrasi Jakarta sebagai tempat pembuangan akhir tenaga asing dengan dalih perjanjian pasar bebas ASEAN- China.

Peta politik nasional versi politisi “berbaju sipil” mengalami salah langkah yang fatal, dikarenakan hasil putaran kedua pilkada gubernur Jakarta, rabu 19 April 2017, di luar skenario mereka. Bandar politik atau investor politik dari negara paling bersahabat tentu tetap tak mau rugi. Mereka akan gigih menuntut kepada “kawan partai” yang selama ini sudah dibibit, dielus-elus, dinonabobokan untuk menguasai  NKRI  dimulai dengan menguasai jantungnya. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar