Halaman

Jumat, 02 Juni 2017

membumikan Pancasila di syahwat politik penguasa



membumikan Pancasila di syahwat politik penguasa

Hanya terjadi di negara yang sudah lama meninggalkan kategori negara berkembang. Entah masuk tahap berikutnya, atau kembali ke hukum rimba. Dimana yang mana pihak yang kuat akan jadi jawara, jagoan di habitatnya. Apalagi mereka yang super-kaya, uang bukan tujuan hidup tetapi dengan uang bisa mengatur kehidupan bangsa dan negara.

NKRI sebagai satu-satunya di jagad raya yang menyandang predikat “Bumi Pancasila”, bahwa yang kuat, kaya, kuasa – tepatnyas sebagai berhala refomasi 3K yang tidak pernah mengalami amandemen atau perubahan – akan tetap eksis sebagai “raja rimba”. Penguasa tunggal Nusantara, apapun model demokrasi yang dikibarkan.

Anak bangsa ketika berada di puncak kejayaan, seperti lazimnya sejarah peradaban, maka tak ayal akan bersegera melupakan asal muasalnya. Dengan mudah dan tanpa perlu pakai memikir akan menanggalkan fitrahnya sebagai makhluk termulia.

Jangan heran, martabat manusia diukur dengan kacamata ideologi atau bentuk politik yang lansung bayar tunai, langsung dapat di tempat. Pendidikan politik dan kurikulum politik hanya berisikan bagaimana meraih sekaligus mempertahankan dan merebut kembali kekuasaan secara konstitusional.

Periode 2014-2019, kita menjadi rancu mana yang masuk bursa “musuh rakyat” dan yang mana yang layak didaulat sebagai “musuh negara”. Sejauh rakyat mewaspadai bencana horizontal ternyata malapetaka diakibatkan dari tangan-tangan yang selalu gatal, yang sedang  praktik sebagai penguasa ekonomi dan pengusaha politik. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar