Halaman

Minggu, 04 Juni 2017

habis manis sepah ideologi didaur ulang



habis manis sepah ideologi didaur ulang

NKRI dengan kepemimpinan nasional Jokowi plus/minus JK semakin berbangga hati, besar kepala, tepuk dada tanya selera, karena merasa bisa menjadi negara multipartai.

Pasal hukum di NKRI, yang jelas befungsi adalah pasal yang dicari-cari. Makanya menu politik harian di pasar rakyat mampu saji cepat gado-gado politik. Kategori asal muasal bahan baku, cara mendapatkan bahan baku, tidak persoalkan. Ramuan haram yang aromatik mampu mengalahkan derajat kehalalan dalam satu belanga.

Semua menu versi negara manapun bisa disajikan, dihidangkan sesuai daya tampung kantong. Kuliner yang di negaranya tidak disajikan, di warung politik menjadi makanan berklas, sajian bergensi. Apalagi para penikmat bukan rakyat biasa.

Pancasila yang konon sejak dirumuskan digadang-gadang jadi ideologi nasional, jalan kehidupan bangsa, dasar negara yang merdeka, berdaulat dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri, justru oleh “orang dalam”, nak sanes-nya, dijadikan komoditas politik. Menjadi bursa barter dengan kekuasaan secara demokratis, konstitusional dan merakyat.

Tiap sila dari Pancasila dianggap mampu berdiri sendiri. Mampu menghadirkan roh, semangat, jiwa keindonesiaan dalam segala warna politik. Posisi strategis NKRI malah menjebak anak bangsa untuk memilih berada di kutub mana, untuk berpihak pada negara adidaya yang mana.

Polulasi penduduk urutan keempat dunia, bukan jaminan NKRI mampu dianggap, betaji di pentas dunia. Karena menunggu pihak lain, negara lain memuji Indonesia yang tak kunjung datang, maka kepala negara mengambil inisiatif memuji NKRI. Seperti dagelan politik, sudah tidak lucu, tertawa sendiri. Mentertawakan lucunya diri yang tidak lucu.

Budaya politik Nusantara memang berkarakter kalau produk asing tentu lebih bermartabat. Akan mendongkrak pesona citra diri. Akan mampu meningkatkan harga jual. Akan mampu bersaing di laga tandang, bukan sekedar jako kandang. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar