Halaman

Kamis, 29 Juni 2017

Ayo Anak Indonesia, Katakan Dengan Martabak



Ayo Anak Indonesia, Katakan Dengan Martabak

Indonesia memang penuh dengan apapun yang berbau lokal. Karakter kelokalan bisa tenar menembus pasar Nusantara. Konon, ada tempat lokal yang dianggap berkhasiat mendatangkan kekayaan, kekuasaan, kekuatan. Langganannya jelas bukan rakyat papan bawah.

Kalau ada rakyat yang tampak di lokasi keramat tadi, hanya sebagai pelengkap kesibukan. Minimal berperan sebagai tukang parkirlah. Atau sebagai pemandu wisata. Tak kurang yang jual cindera mata atau alat persyaratan untuk berwisata ke tempat keramat penuh khasiat.

Pemerintah bukannya kewalahan mengendalikan harga barang. Artinya, barang yang sama karena dijual di tempat berbeda, otomatis harganya juga tidak sama utawa harganya berbeda. Infrastruktur dan moda angkutan menjadi penyebab tadi.

Jangan takjub jika “harga diri” antar penduduk beda lokasi habitat juga jelas tidak bisa disamakan. Muncul kasta, strata yang puncaknya jelas mengerucut, secara kuantitas terbilang minimalis. Tidak sampai 1% sebagai masyarakat ekonomi yang kandungan kadar rupiahnya sama dengan sebagian besar masyarakat sipil atau rakyat papan bawah.

Ada sebagian besar rakyat NKRI susah payah mendulang rupiah secara harian. Namun di pihak lain, ada beberapa gelintir anak manusia yang kesulitan “membuang” uangnya. Seolah tumpukan uangnya tidak ada nomor serinya. Seolah menguasai percetakan uang negara.

Persatuan Indonesia lah yang diangkat dari benang merah antar kelokalan. Tapi itu terjadi di rakyat sebagai bahan baku sila-sila di Pancasila.

Semakin meruncing ke atas, mengerucut, yang notabene tinggal landas, yang semangkin jauh dari kedekatan dengan rakyat, adalah cikal bakal potensial yang tidak pro-Pancasila.

Pancasila sebagai norma seolah menjadi penghalang bagi gerakan penguasa, penyelenggara negara, yang kilahnya hanya sekedar menjaga eksistensinya. Mereka merasa suskes yang diraih, digapai, diwujudkannya berkat keringat sendiri. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar