Halaman

Kamis, 15 Juni 2017

Indonesia, watak apalagi yang akan kau perankan



Indonesia, watak apalagi yang akan kau perankan

Tak terhitung betapa sedikitnya anak bangsa wis édan tenan tetep ora keduman. Golèk siso sing isih iso dikorèti wis entèk sak panci lan wajané.

Sejarah selalu akan berulang, walau tetap tak memihak rakyat. Kalau seolah tampak memihak rakyat hanya terwakili oleh wakil rakyat.

Watak bangsa berkorelasi dengan tujuan nasional.

Proklamasi kemerdekaan NKRI tanggal 17 Agustus 1945, sepakat dalam pembentukan watak masyarakat Indonesia dilakukan melalui proses pendidikan. Mungkin, pastinya termasuk pendidikan politik dan kurikulum politik yang mengacu pada karakter bangsa Indonesia yang sopan-santun, ramah-tamah, gotong-royong, aman, damai, sejahtera dan bersaudara dengan pihak manapun.

Kita sudah membulatkan niat, tekad “maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri-keadilan”. Sikap ini tertuang pada bagian alenia pertama Pembukaan (preambule) UUD NRI 1945.

Penerawangan para pendiri bangsa tidak bisa menembusa batas waktu, tempat, jarak. Karena tidak ada ambisi sehingga rasa curiga tidak terasah. Andaikan mereka tahu bahwa sampai era pasca reformasi masih ada penjajahan di Nusantara oleh bangsa sendiri.

Penjajahan ekonomi oleh bangsa asing yang bermarkas atau membuka cabang mulai dari ibukota negara sampai pulau kecil terpencil. Atau oleh generasi asing yang secara historis telah beranak pinak dengan mengembangkan bakat dagang.

Ternyata, banyak pelaku yang terlibat dalam pendidikan politik. Mulai yang masih aktif, giat, sibuk sampai yang sudah menyandang status mantan. Salah satu pola sekolah politik adalah sekolah alam. Silabus berbasis jalanan yang dikemas secara heroik. sehingga fungsi pendidikan politik sebagai pemersatu dan pembentukan watak bangsa dapat tercapai.

Jika pesta demokrasi 2019 yang akan menggabungkan pemilihan wakil rakyat bareng dengan pemilihan presiden, kita tidak tahu apakah barisan wong edan akan semangkin mengular. Atau ketua umum parpol sudah cengar-cengir karena otomatis jadi bakal calon presiden. Kalau aturan mainnya diundangkan, pasti sesuai pesanan, atau dilelang pasal-pasal yang menggiurkan. Kita tunggu saja tanggal main dan jam tayangnya.

Inti dari proses pendidikan politik adalah pembentukan watak anak didik, warga binaan, kader oplosan, kader rakitan, kader jenggot. Diperlukan suatu strategi pengajaran yang baik yang dikemas, diformat dalam bentuk kurikulum yang menunjang dan sesuai kebutuhan bangsa.

 Selain penjajahan oleh bangsa sendiri – tepatnya, minoritas menjajah mayoritas – maka tak ayal dan sulit dipungkiri bahwasanya praktik politik adalah membunuh karakter anak bangsa yang ingin berperadaban. Koalisi, kolisi, kolaborasi, gabungan antar partai politik yang mempunyai kepentingan sesaat dan sesat yang sama tapi tak serupa. Tak kalah tragis bagaimana penguasa menghadapi lawan politik yang tidak bisa dirangkul, yang sulit diajak adu rembug, yang susah dikadali. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar