Halaman

Senin, 05 Juni 2017

andai anak cucu ideologis tahu



andai anak cucu ideologis tahu

Singkat cerita, panggung politik Nusantara malah menampilkan dagelan, lelucon, banyolan, humor politik yang diolah dengan aneka rasa adegan, aneka rupa acara, aneka warna atraksi.

Akhir kata, andai, misal, mungkin anak cucu ideologis para pendiri bangsa, khususnya tim relawan penggali dan perumus Pancasila, 1 Juni 1945, tahu betapa Pancasila di periode 2014-2019 dimodifikasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan pasar, tentu akan protes keras.

Terlebih jika pihak yang dipilih rakyat untuk menyelenggarakan negara dengan baik dan benar, malah menjadikan Pancasila sebagai komoditas politik, dibarter dengan ideologi negara lain yang tampak bersahabat.

Disinilah letak tabiat anak bangsa yang hidupnya biasa dicekoki, dininabobokan oleh penjajah, hidup di lingkungan yang jauh dari rakyat. Terbiasa memakai ramuan ajaib yang merasa bahwa kekuasaan bisa diwariskan.

Kepekaan karena bentukan dilahirkan dan dibesarkan di istana negara tentu beda dengan mahluk yang lahir dan ditempa kehidupan di alam bebas.

Anak bangsa merasa hidup bebas mengelola ideologinya dalam kungkungan sangkar emas. Merasa nyaman bak katak nangkring dan nongkrong di bawah tempurung raksasa. Habitatnya ter-setting untuk ada menu harian yang berbahan baku sanjungan, puja puji maupun mengganggapnya sebagai anak yang berotak encer. Gelar akademis bukan jaminan untuk sukses politik.

Sayang . . . . [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar