andai anak cucu ideologis tahu
Singkat cerita, panggung politik
Nusantara malah menampilkan dagelan, lelucon, banyolan, humor politik yang
diolah dengan aneka rasa adegan, aneka rupa acara, aneka warna atraksi.
Akhir kata, andai, misal, mungkin
anak cucu ideologis para pendiri bangsa, khususnya tim relawan penggali dan
perumus Pancasila, 1 Juni 1945, tahu betapa Pancasila di periode 2014-2019 dimodifikasi,
disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan pasar, tentu akan protes keras.
Terlebih jika pihak yang dipilih
rakyat untuk menyelenggarakan negara dengan baik dan benar, malah menjadikan
Pancasila sebagai komoditas politik, dibarter dengan ideologi negara lain yang
tampak bersahabat.
Disinilah letak tabiat anak
bangsa yang hidupnya biasa dicekoki, dininabobokan oleh penjajah, hidup di
lingkungan yang jauh dari rakyat. Terbiasa memakai ramuan ajaib yang merasa
bahwa kekuasaan bisa diwariskan.
Kepekaan karena bentukan
dilahirkan dan dibesarkan di istana negara tentu beda dengan mahluk yang lahir
dan ditempa kehidupan di alam bebas.
Anak bangsa merasa hidup bebas
mengelola ideologinya dalam kungkungan sangkar emas. Merasa nyaman bak katak
nangkring dan nongkrong di bawah tempurung raksasa. Habitatnya ter-setting untuk ada menu harian yang
berbahan baku sanjungan, puja puji maupun mengganggapnya sebagai anak yang
berotak encer. Gelar akademis bukan jaminan untuk sukses politik.
Sayang . . . . [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar