Indonesia, maju tatu mundur ajur
Kita masih harus tetap bersyukur, karena bangsa
Indonesia masih berada di jalur yang lurus, baik dan benar. Rambu jebakan bisa
berjalan sendiri. Mencari lokasi strategis, mengincar lahan basah, lebih
memilih habitat yang ayom, ayem sambil atur rezeki.
Lalu lintas ideologi dalam negeri tak ada hambatan yang
berarti, berkat kesigapan aparat penegak hukum, aparat keamanan yang siaga 24
jam. Lalu lintas informasi sesenyap apapun akan terdeteksi radar pihak
berwenang.
Ironisnya, lalu lalang pesawat ulang alik milik
maskapai penerbangan asing nyaris tak terlacak. Pelintas batas darat dengan
NKRI memang sudah menjadi tradisi penduduk setempat.
Kebijakan Indonesia menyikapi perjanjian pasar bebas
dunia harus ditebus sampai kehabisan sumber daya lokal. Utang luar negeri,
kerugian negara akibat penyalahgunaan APBN dan/atau APBN menjadikan Indonesia
bak mandi uang.
Tidak hanya semut yang memanfaatkan celah di lumbung
beras, yang akhirnya sebutir demi sebutir mampu menggotong habis cadangan
pangan rakyat.
Tidak hanya rayap kayu yang secara koloni,
komunitasnya mampu membuat lapuk bangunan negara. Menjadikan negara ini keropos
dari dalam, bukan akibat erosi atau invasi campur tangan asing saja.
Dari puncak menara gading, siang malam terjadi lalu
lintas, lalu lalang transit pemain transferan. Pemain lokal sibuk mengotak-atik
bola agar tak direbut lawan.
Ada pihak yang sibuk uber cicak di mulut buaya yang
sedang berjemur.
Selain judul di atas, Indonesia sedang terjebak
episode paribasan “ati bengkong oleh oncong” (wong duwe niyat ala oleh dalan). [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar