Halaman

Jumat, 30 Juni 2017

Indonesia, maju tatu mundur ajur



Indonesia, maju tatu mundur ajur
Kita masih harus tetap bersyukur, karena bangsa Indonesia masih berada di jalur yang lurus, baik dan benar. Rambu jebakan bisa berjalan sendiri. Mencari lokasi strategis, mengincar lahan basah, lebih memilih habitat yang ayom, ayem sambil atur rezeki.

Lalu lintas ideologi dalam negeri tak ada hambatan yang berarti, berkat kesigapan aparat penegak hukum, aparat keamanan yang siaga 24 jam. Lalu lintas informasi sesenyap apapun akan terdeteksi radar pihak berwenang.

Ironisnya, lalu lalang pesawat ulang alik milik maskapai penerbangan asing nyaris tak terlacak. Pelintas batas darat dengan NKRI memang sudah menjadi tradisi penduduk setempat.

Kebijakan Indonesia menyikapi perjanjian pasar bebas dunia harus ditebus sampai kehabisan sumber daya lokal. Utang luar negeri, kerugian negara akibat penyalahgunaan APBN dan/atau APBN menjadikan Indonesia bak mandi uang.

Tidak hanya semut yang memanfaatkan celah di lumbung beras, yang akhirnya sebutir demi sebutir mampu menggotong habis cadangan pangan rakyat.

Tidak hanya rayap kayu yang secara koloni, komunitasnya mampu membuat lapuk bangunan negara. Menjadikan negara ini keropos dari dalam, bukan akibat erosi atau invasi campur tangan asing saja.

Dari puncak menara gading, siang malam terjadi lalu lintas, lalu lalang transit pemain transferan. Pemain lokal sibuk mengotak-atik bola agar tak direbut lawan.

Ada pihak yang sibuk uber cicak di mulut buaya yang sedang berjemur.

Selain judul di atas, Indonesia sedang terjebak episode paribasan “ati bengkong oleh oncong” (wong duwe niyat ala oleh dalan). [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar