Halaman

Rabu, 07 Juni 2017

Politik Lempar Batu Tuduh Korban



Politik Lempar Batu Tuduh Korban

Resultan dari akumulasi peradaban ideologi Nusantara, memang sudah disinyalir sejak zaman batu. Jika platform partai politik adalah landasan tempat berpijak, yaitu wawasan yang menjadi acuan dan arah dari mana dan kemana perjuangan partai politik. Kata yang empunya zaman batu, platform semua partai politik di NKRI adalah Pancasila. Singkatnya pada 4 pilar kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat (masyarakat politik).

Landasaan idiil, landasan konstitusional sampai wawasan partai politik, jujur saja lebih didominasi pada hasil dari tujuan yang ditargetkan. Kalkulasi politik Nasional adalah dengan sudah mematok target, baru kemudian dihitung mundur untuk memperoleh formulasi perjuangan.

Ada semacam tumpukan harapan, deretan berharap dan sangat berpengharapan. Daya tarik apa yang akan dicapai, diraih, didapat jika mendirikan partai politik. Anak bangsa yang sadar berkecimpung di sebuah partai politik terdekat, mungkin masih berlandaskan idealisme luhur.

Yang semula kita mengutuk jika lihat antar bisa kota satu jurusan kebut-kebutan rebutan penumpang – namun begitu kita dapat tempat duduk di bis kota – mau tak mau kita harus mentaati hukum yang berlaku di dalam bis kota. Perbanyak doa. Jangan protes dengan kondisi lokal. Begitu sampai tujuan, tetap waspada turun dari bis. Kaki belum menapak semurna, bis tancap gas. Turun dari pintu belakang, ancaman kendaraan yang menyalip dari kiri.

Hukum tak tertulis adalah sesama ketua umum partai politik dilarang saling menjegal dan menjagal di pesta demokrasi lima tahunan. SBY yang sudah dua periode berturut-turut menyandang gelas presiden, masih betah di kendaraan politiknya. Walau posisinya berbeda. Wajar.

Yang tak wajar, ada bisa kota yang bolak balik ke terminal uber calon penumpang. Tidak bersegera bergerak sesuai rute tujuannya. Meliwati jalan basah, dengan tenang ngetem. Siapa tahu dapat order politik.

Bagi ketua umum yang sedang menjabat sebagai kepala negara – periode 2014-2019 tepatnya adalah petugas partai – pasti, tentu, sangat mungkin berikhtiar agar rutenya aman. Apalagi yang jaga jalan adalah bolo dw, konco dw.

Menghadapi pesaing, sudah ada jagoan yang ditransfer dari negara paling bersahabat atau dibarter politik. Mengikuti pola kerja tengkulak, dengan memakai sistem, pola ijon.

Bagi pesaing yang tidak bisa dikenai pasal “gebuk duluan, rembuk belakangan” pakai cara sambit diam-diam. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar