Indonesia
Spesialis Jalan Pintas
Ini lagi, ini lagi, seolah tak ada
yang lebih jelek. Mesti soal demokrasi. Lembaga survei sekampiun apapun, akan
kesulitan menghasilkan angin surga bahwa definisi formal konstitusional, formulasi
jabaran akademis, menurut pendapat ahlinya tentang apa itu demokrasi Nusantara
serta sampai bagaimana perwujudan dan praktik demokrasi, nyatanya di sisi lain
menjadi faktor penyubur anak bangsa menjadi penyuka jalan pintas.
Klasik nian contohnya. Mulai urusan
administrasi yang bertélé-télé, berliku-liku dan berjenjang. Kalau dibuat sederhana,
praktis, simple dikuatirkan akan menurunkan wibawa negara. Status penyelenggara
negara, khususnya yang berhubungan langsung dengan masyarakat, rakyat,
penduduk, warga negara adalah bukan pelayan, jongos, babu. Mereka adalah tuan
besar, juragan muda, majikan.
Tidak betah antri di satu partai
politik, bisa jadi kutu loncat. Kalau masuk kategori makhluk ber-uang bisa
mendirikan partai politik. Atau mendirikan kubu dengan tetap di parpolnya.
Kalau oknum pelaku tindak pidana
korupsi, jalan pintas bagaimana yang dipraktikkannya. Bingung dan
membingungkan. Bahkan ybs tidak tahu persis kenapa, mengapa berbuat seperti
itu. Bahkan ada yang merasa dizalimi oleh konco
dw, bolo dw. Dijadikan korban.
Reformasi birokrasi menjadi
percuma dengan pratik jalan pintas. Sistem karir, perintisan dari bawah,
pengkaderan, atau berbagai sistem yang telah berjalan, menjadi tak berarti. Mungkinkah
lelang jabatan yang saudara dekat jalan pintas, sebagai pemacu dan pemicunya.
Ironis binti miris jika memakai
asas tinggal glanggang colong playu.ini
mbahé jalan pintas. Hanya yang
mempunyai nyali di atas orang normal yang berani melakukannya. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar