Halaman

Sabtu, 17 Juni 2017

serigala politik, mulai menggonggong, menggigit, mencabik-cabik sampai menghisap darah



serigala politik, mulai menggonggong, menggigit, mencabik-cabik sampai menghisap darah

Peribahasa “anjing menggonggong tanda tak dalam” sudah tak berlaku di periode 2014-2019. Apalagi peribahasa “anjing menggonggong kafilah berlalu” yang ada, tenar, masyhur dan memang sedang naik pamor yaitu yang ada malah terjadi pembiaran serigala politik bebas masuk berkeliaran.

Sebetulnya serigala asing yang masuk sudah lama berkeliaran di Nusantara. Bahkan sudah bercokol jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan NKRI 17 Agustus 1945. Ciri khasnya tidak hanya pada warna bulu. Tetapi cara mengkibas-kibaskan ekornya agar dikira jinak, siap diperintah dan tidak berbahaya dan membahayakan lingkungan.

1948 dan 1965 mereka telah mempraktikkan kemahiran dengan jurus sakti cakar naga merah. Katanya serigala politik. Aneh, politik cerdas tidak diwariskan kepada anak keturunan ideologis. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan aliran ideologis bebas, menu politik dunia tersaji di warung politik Nusantara.

Oknum yang sedang praktik di panggung,industry dan syahwat politik periode Jokowi plus minus JK, seperti sudah kehabisan akal, strategi, modus dan peran dalam mengintimidasi “musuh negara” dan “musuh rakyat”.

Secerdas-cerdas kiper kesebelasan nasional menepis sentimen negatif dan opini  rakyat, maka sekali gol akan keterusan. Selama masih pegang tiket terusan sebagai oknum ketua umum sebuah partai politik, merasa paling berhak ikut pilpres.

Mengandalkan rekam jejak politik, yang diperkuat aroma darah politik warisan lelihur, sampai bantuan tenaga dalam sampai tenaga luar. Namanya ambisi bisa melampaui batas administrasi . Bahkan melebihi kapasitas diri.

Tentunya rakyat tak akan duduk manis, berpangku tangan menunggu episode lanjutan.[HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar