serigala
politik, mulai menggonggong, menggigit, mencabik-cabik sampai menghisap darah
Peribahasa “anjing menggonggong
tanda tak dalam” sudah tak berlaku di periode 2014-2019. Apalagi peribahasa “anjing
menggonggong kafilah berlalu” yang ada, tenar, masyhur dan memang sedang naik
pamor yaitu yang ada malah terjadi pembiaran serigala politik bebas masuk
berkeliaran.
Sebetulnya serigala asing yang
masuk sudah lama berkeliaran di Nusantara. Bahkan sudah bercokol jauh sebelum
Proklamasi Kemerdekaan NKRI 17 Agustus 1945. Ciri khasnya tidak hanya pada
warna bulu. Tetapi cara mengkibas-kibaskan ekornya agar dikira jinak, siap
diperintah dan tidak berbahaya dan membahayakan lingkungan.
1948 dan 1965 mereka telah
mempraktikkan kemahiran dengan jurus sakti cakar naga merah. Katanya serigala
politik. Aneh, politik cerdas tidak diwariskan kepada anak keturunan ideologis.
Akhirnya dengan berbagai pertimbangan aliran ideologis bebas, menu politik
dunia tersaji di warung politik Nusantara.
Oknum yang sedang praktik di
panggung,industry dan syahwat politik periode Jokowi plus minus JK, seperti
sudah kehabisan akal, strategi, modus dan peran dalam mengintimidasi “musuh
negara” dan “musuh rakyat”.
Secerdas-cerdas kiper kesebelasan
nasional menepis sentimen negatif dan opini rakyat, maka sekali gol akan keterusan. Selama
masih pegang tiket terusan sebagai oknum ketua umum sebuah partai politik,
merasa paling berhak ikut pilpres.
Mengandalkan rekam jejak politik,
yang diperkuat aroma darah politik warisan lelihur, sampai bantuan tenaga dalam
sampai tenaga luar. Namanya ambisi bisa melampaui batas administrasi . Bahkan
melebihi kapasitas diri.
Tentunya rakyat tak akan duduk
manis, berpangku tangan menunggu episode lanjutan.[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar