Halaman

Sabtu, 10 Juni 2017

sing gawé kisruh negoro vs sing gawé utuh negoro



sing gawé kisruh negoro vs sing gawé utuh negoro

Fluktuasi, pasang surut kata hati Joko Widodo memahami, menyelami peran batin diri akhirnya msuh babakan” sejatining urip kuwi kanggo opo”. Bukan kenyang dunia tapi lapar akhirat. Juga bukan kenyang akhirat tapi lapar dunia. Moderat atau imbangnya kehidupan antara urusan dunia vs urusan akhirat.

Sejatining urip” yang akhirnya menggelitik jiwa Jawa Jokowi adalah memang ada jawaban, kata kuncinya adalah utamakan urusan dengan Allah. Jokowi sadar luar kepala jika tida menghadirkan Allah dalam setiap langkah kaki berbangsa dan bernegara, ujung-ujungnya hanyalah membuat kisruh, rusuh negara.

Jokowi hanya buka primbon kehidupan bahwasanya segala gonjang-ganjing di atas akibat modus penyelenggara negara sebagai minoritas bangsa yang getol uber urusan dunia akan membuat resah, hawa panas, gejolak batin  rakyat, masyarakat, penduduk, warga negara sebagai mayoritas bangsa.

Ramuan ajaib revolusi mental yang diharapkan manjur, mujarab, mustajab, ces pleng membangun mental pejabat publik, tetapi malah hanya bersifat seremonial. Semakin diasah, digosok malah semakin mejadi-jadi.

Keprihatinan Jokowi sampai tingkat trenyuh, nelongso - termasuk melihat dirinya -  betapa kawanannya tidak menggunakan “tenaga dalam” secara optimal. Baru matak aji menggunakan tenaga dalam sudah kehabisan energi. Akhirnya banyak yang tampil garang garing. Demi menjaga wibawa negara lewat harga diri, citra pesona diri maka tanpa sungkan, tanpa malu, tanpa risi akhirnya menerima atau memakai “tenaga luar”. Horé. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar