Pancasila tersedia di
pasar rakyat atau istana presiden
Tidak
aneh kalau ada anak bangsa yang asing dengan rumusan Pancasila. Entah karena
salah jalan, keliru jurusan atau asal ambil sikap. Keseharian, di jalanan,
kendati rambu lalu lintas terpasang dengan sengaja, seolah tak tampak. Apalagi rumusan
di atas kertas, mudah lenyap tanpa bekas.
Harga
tiket pesawat terbang akan membubung tinggi, melambung ke angkasa sejalan jika
animo, yang butuh meningkat drastis. Stok pangan melimpah, maka harga akan
jatuh. Disinilah permainan pelaku ekonomi tingkat lapangan.
Apa
jadinya kalau secara serentak, rakyat Indonesia membutuhkan Pancasila. Hukum apa
yang berlaku. Apakah bisa didapat secara eceran, sesuai daya beli atau
kemampuan kantong.
Jangan-jangan,
untuk mempraktikkan Pancasila dalam kehidupan nyata merupakan kewajiban fardhu kifayah. Artinya jika ada satu
orang atau beberapa manusia di suatu wilayah hunian dan lain sebagainya, sudah
hafal Pancasila, otomatis gugur sudah kewajiban berpancasila untuk
orang/manusia sisanya.
Ataukah
untuk mendapatkan nilai-nilai Pancasila harus mempunyai kartu khusus, menjadi keanggotaan
khusus, mengantongi sertifikat predikat “orang baik-baik” atau syarat
administrasi lainnya. Misalnya bukti tertulis dari aparat penjaga wibawa negara
bahwa ybs tidak mempunyai potensi sebagai calon pemakar. Belum pernah
terindikasi sebagai pengkhianat negara. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar