Halaman

Jumat, 26 Mei 2017

demokrasi di Indonesia, tombok irung vs bali wirang



demokrasi di Indonesia, tombok irung vs bali wirang

Andai ilmu Pinokio atau bantuan peri yang baik budi, dimilik oleh setiap insan penyelenggara negara, tunggu. Tepatnya, di lembaga peradilan saat siding pengadilan malah jadi adegan, bukan tarik ulur, tapi hidung yang menjadi fakta, bukti dan jujur. Hidung koq bisa mulur sendiri jika tak jujur.

Jangan berburuk sangka, tidak ada yang tahu bahwa perjalanan karir seorang anak bangsa yang memilih jalur partai atau partai politik, merupakan sebuah atau malah membutuhkan aneka pengorbanan lahir batin, terukur dan tak terukur. Bentuk pengorbanan yang sangat berharga, tidak bisa dikonversikan.

Jangan herang jika ada yang sukses dunia, apalagi dengan jabatan rangkap, kekuasaan ganda, kekayaan datang sendiri menjadikan ybs lupa daratan, lalai lautan, alpa udara. Sehingga polisi main hakim sendiri.

Keterukuran sukses perjuangan politik anak bangsa hanya pada satu aspek, faktor, tolok ukur yaitu : SEJAHTERA. Ibarat menanam pohon buah, keberhasilan ilmu cocok tanam diiiringi praktik lapangan, adalah pohon yang lebat buahnya. Sederhana kan. Kalau pohon lebat daunnya, jelas tidak sesuai skenario. Jika sang pohon, bertambah daun pin tidak, berarti tumbuh di tempat yang salah dan wakyu yang tidak tepat, menyalahi musim tanam.

Bagaimana dengan anak bangsa yang tinggal melanjutkan perjuangan orangtuanya, minimal tinggal napak tilas. Melanjutkan pondasi yang sudah dibangun oleh nenek moyangnya. Tinggal kipas-kipas hitung pemasukan harian. Sambil ongkang-ongkang kaki main tunjuk. Jelas sang pohon akan beranak-pinak. Soal kemanfaatan, kan hanya jadi pohon menara gading. Menjadi hak milik pribadi. Para penadah atau loyalisnya belum tentu serta merta mendapat atau bisa mencium aromanya.

Pohon yang demikian, ternyata sudah tersebar secara representatif di pemerintahan lokal. Provinsi di depan hidung ibukota negara sudah lama mempraktikkannya. Kesenjangan pembangunan antar daerah bukan rahasia umum. Tidak hanya itu, diskriminasi penduduk atau pilah kisah dan pilih kasih, wajar. Sesuai dapil atau lumbung suara jawara terpilih.[HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar