Halaman

Rabu, 31 Mei 2017

paket manjur Pancasila



paket manjur Pancasila

Saat itu, tim sukses dan relawan penggali Pancasila hanya lebih mengantisipasi ikatan horizontal. Masih mengacu pada makna kalimat pendek atau frasa “beberapa golongan rakyat Indonesia” yang berarti tiap-tiap bagian dari rakyat Indonesia yang berbeda dengan suatu atau beberapa bagian lainnya karena ras, negeri asal, agama, tempat, asal, keturunan, kebangsaan atau kedudukan menurut hukum tata negara.

Terbukti dikemudian waktu, terjadilah apa yang seharusnya tidak terjadi yaitu ketimpangan, kesenjangan, dispartitas, ketidakmerataan gap hasil pembangunan yang dimotori Pemerintah. Efek domino sangat dirasakan dengan berupa klasifikasi pengelompokkan vertikal  berupa strata sosial, klas ekonomi, jenjang politik, tarif hukum, dsb.

Penyebutan, penamaan atau penggunaan istilah rakyat, penduduk, masyarakat, warga negara serta keluarga, rumah tangga malah bisa sebagai stigma atau pencitraan. Untuk kepentingan tertentu oleh pihak tertentu.

Lepas dari fakta bahwa sila-sila Pancasila seolah-olah jalan sendiri-sendiri. Masing-masing mengilhami penjelmaan ratusan partai politik yang ada, pernah ada dan yang akan ada di Nusantara.

NKRI tak akan lepas dari praktik hukum internasional, skenario negara adidaya, adanya bentuk hégemoni terselubung, intervensi politik sekaligus penjajahan ekonomi dari negara paling bersahabat. Di tingkat ASEAN, wajib mengikuti alunan musik Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Artinya, anak bangsa siap bersaing dengan pendatang haram di negeri sendiri. Diperparah dengan kerjasama ASEAN – China.

Akankah nasib Pancasila di éra mégatéga bisa sampai terpuruk, terjerembab, terperosok, tersungkur sampai ambang bawah, titik nadir. Di periode 2014-2019 Pancasila diuji oleh kawanan, komplotan, koalisi yang merasa paling pancasilais sejati.

Memang, kita tak boleh terkecoh dengan adegan siapa sebenarnya yang memerankan Indonesia saat ini. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar