berdaulat dan merdeka di negeri sendiri
Kita tidak pernah mempersoalkan sandal yang kita
injak buatan mana, atau hasil keringat siapa. Apalagi mempertanyakan keabsahan
sebagai sandal. Jangan dikaitkan dengan haram atau halal bahan baku yang
dipakai.
Kita juga tak pernah peduli untuk fungsi apa saja
sandal yang setia di bawah kaki ketika dipakai berjalan. Sandal saja tak pernah
protes. Sudah masuk kategori tidak layak pakai, tanpa mufakat untuk tidak
musyawarah, langsung masuk kotak. Atau dihibahkan ke negara yang masih, sedang
dan selalu berkembang.
Sandal Indonesia, tepatnya sandal buatan Indonesia
ataukah sandal yang dipakai oleh manusia Indnesia, yang pasti tidak perlu
revolusi mental. Sudah pengalaman diinjak atau eksistensi, jati diri, citra
diri karena posisi, peran, kapasitas diri serta kinerjanya hanya di bawah
telapak kaki manusia.
Peran strategis, manfaat berlapis sandal dengan
mudah digantikan dengan yang lain. Minimal banyak pesaing antar sandal di suatu
rumah tangga. Ada yang mendapat tempat terhormat sampai kalau mau dipakai baru
diingat, dicari dan bila ketemu langsung diinjak.
Ada rukun memakai sandal, utamakan kaki kanan
terlebih dahulu. Begitu saat mau melepaskannya dari kaki. Jangan asal lempar
dan buang.
Semahal-mahal sandal, tetap tidak pantasi dipasang
di kepala. Kendati sandal impor. Walaupun sandal bekas bandar politik negara
paling bersahabat. Begitu juga sebaliknya, semurah-murah tutup kepala, bila
sudah using, tak layak pakai jangan serta-merta dijadikan keset atau lap
lantai.
Apakah rekam jejak sandal bisa menentukan nasibnya
dikemudian hari. Setelah ganti majikan. Sandal kan barang habis pakai. Tidak perlu
masuk inventaris partai politik. Tidak perlu wajib belajar politik praktis. Walau
umur teknis sandal tergantung syahwat politik si pemakai. Bisa terjadi strata
sandal, sesuai peruntukannya. Ada yang bisa diajak ke pesta. Ada yang bisa
dijadikan senjata jika ada pihak tertentu yang patut diduga mau makar.
Hebatnya kawanan orang partai Nusantara yang
membuat bangsa lain iri dan terkagum-kagum, yaitu keahlian menjilat sandal
sendiri secara mandiri dan dilakukan sambil berdiri. Apalagi saat duduk di kursi
kekuasaan. Sampai lupa pada mertua yang lewat. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar