rakyat
mana lagi yang akan kau khianati
Alenia pertama dari judul berita “Harga Daging Belum Bisa Dikendalikan”, Republika, Sabtu 27 Mei 2017, adalah :
MEDAN – Harga daging sapi di sejumlah pasar tradisonal mengalami
kenaikan signifikan sehari sebelum bulan Ramadhan dimulai. Kenaikan harga ini disebut
disebabkan oleh semakin meningkatnya permintaan.
Siapa yang akan dijadikan “sapi hitam” atas kasus tersebut. Rakyat bersyukur,
kalau puasa hanya sebulan dalam setahun. Coba kalau semua bulan kalender Islam
untuk ibadah puasa.
Selain di pasar tradisonal, dipastikan harga daging sapi terkendali. Sesuai
kebijakan pemerintah yang pro-rakyat yang dengan daya beli menengah ke atas. Rakyat
yang harus menyesuaikan diri dengan kadar keprihatinan pemerintah. Bukan sebaliknya.
Semakin meningkatkan permintaan jangan dikaitkan dengan sadar gizi
masyarakat atau rumah tangga klas kambing. Yang ingin naik status, strata
menjadi penyuka daging sapi. Bukan berarti daging ayam, ikan atau daging hewan
lainnya tidak diperhitungkan.
Menu lauk pauk ala Nusantara bikin iri dan keder bangsa lain. Yang namanya
jeroan, di negara lain tidak disantap, di dalam negeri NKRI menjadi menu
khusus, khas dan berklas. Bisa disajikan di kali lima sampai hotel bintang
lima.
In baru soal daging sapi, sehari sebelum bulan Ramadhan. Bersyukur lagi
awal puasa Ramadhan bersamaan antara keputusan pemerintah dengan organisasi
kemasyarakatan.
Jangan coba-coba otak-atik kebijakan pemerintah Jokowi plus minus JK,
menghadapi lebaran syawal. Biarkan pemerintah urus pemerintahannya. Kalau rakyat
sampai sumbang suara – apalagi suara sumbang – bisa dikenai pasal berlapis
berbasis makar, teror harga, fitnah dunia, mencemarkan sekaligus merugikan nama
baik negara. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar