Halaman

Selasa, 23 Mei 2017

Indonesia Berimajinasi Dengan Gantungan Baju



Indonesia Berimajinasi Dengan Gantungan Baju

Dua anak lak-laki plus satu anak perempuan, sepertinya semua seusia anak SD. Keluar dari rumah gaya minimalis. Tangan kanan-kirinya memegang gantungan baju, plastik, warna putih, seragam. Bebas mengekspresikan citra dirinya dengan berbagai gaya dan ulah anak jalanan.

Dua anak laki-laki siap gaya main pedang-pedangan. Bukan. Mereka seperti mau “berubah” menjadi monster atau robot hidup sesuai nalar angan-angan politik anak.

Melihat tongkrongan sang anak perempuan, tampak sebagai komandan atau anak sulung. Tangan ke atas mau menyodok matahari siang. Mau membawakan citra dewi keadilan di negara yang multipartai. Tangan kiri mengagendakan adegan bak menuntun kambing hitam.

Atraksi tiga kakak beradik tak berlangsung lama. Secepat mereka keluar halaman, secepat itu mereka masuk halaman. Dengan formasi dan tata urutan yang beda. Aneh, mengapa periode main sang anak begitu cepat berlalu. Seperti ada udang di balik batu.

Saat kulewat depan rumahnya, ternyata sang ayah sibuk memoles mobil hitamnya. Walau masih gres, tetap dijaga kilau dan kilapnya. Jangan sampai wibawa politiknya tercoreng, tergores, tercemar, ternoda apalagi sampai penyok. Sang anak patuh. Itulah orangtua. Kuatir luar dalam kalau mobil kebanggannya dijadikan lawan main, lawan politik anaknya yang sedang memegang senjata : gantungan baju. Tepatnya, kuatir kalau mobilnya yang tidak minimalis jadi obyek makar.[HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar