gonjang-ganjing revolusi mental, kencangkan ikat pinggang
vs buka mulut lebar-lebar
Kebijakan kencangkan ikat pinggang pernah muncul di
era Orde Baru. Karena ekonomi lesu dan cegah pola hidup yang jauh dari
sederhana. Sekaligus sebagai daya alih atas kondisi yang sudah menjadi rahasia
umu tetapi bukan untuk konsumsi umum. Jajaran birokrasi, eksekutif sebagai
mesin utama pemerintah mendapat kepercayaan menerjemahkan kebijakan politik ke
dalam berbagai tingkatan kebijakan publik.
Efek domino negara multipartai adalah semakin
membuka peluang terjadinya penyelewengan, penyalahgunaan uang negara secara
lebih heroik, patriotik. Jika semua kasus disangkutpautkan dengan kebijakan
politik, maka tak bisa dipidanakan. Pelaku tindak kriminal yang nyata-nyata
sebagai bagian dari lingkar atau ring pertama penguasa tunggal, akan langsung
direhabilitasi atau mendapat grasi sampai ludes.
Rakyat, masyarakat, penduduk, warga negara karena
lokasi dan citranya sehingga menjadi tak terjangkau daya blusukan Jokowi plus
minus JK, nasibnya sudah terbiasa menganut asas ekonomi sehari.
Golongan masyarakat dengan pengeluaran yang jauh,
bahkan berlipat, di atas penghasilan penduduk secara nasional, sebagai faktor penentu
geliat ekonomi domestik. Bersyukur, belum ada survei ekonomi yang membeberkan seberapa
kecil kekayaan orang partai yang hidup dan menghidupi sebuah partai politik.
Aksi buka mulut penyelenggara negara, bahkan tak
urung seorang kepala negara dan barisan pembantunya sampai tingkat pemerintahan
paling bawah, sebagai katalisator positif terjadinya gonjang-ganjing lokal. Di belakang
mulut mereka apakah ada kekuatan asing sebagai biang komando atau bandar makar
atau ahli olah gaya radikalisme. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar