Halaman

Kamis, 25 Mei 2017

gonjang-ganjing revolusi mental, kencangkan ikat pinggang vs buka mulut lebar-lebar



gonjang-ganjing revolusi mental, kencangkan ikat pinggang vs buka mulut lebar-lebar

Kebijakan kencangkan ikat pinggang pernah muncul di era Orde Baru. Karena ekonomi lesu dan cegah pola hidup yang jauh dari sederhana. Sekaligus sebagai daya alih atas kondisi yang sudah menjadi rahasia umu tetapi bukan untuk konsumsi umum. Jajaran birokrasi, eksekutif sebagai mesin utama pemerintah mendapat kepercayaan menerjemahkan kebijakan politik ke dalam berbagai tingkatan kebijakan publik.

Efek domino negara multipartai adalah semakin membuka peluang terjadinya penyelewengan, penyalahgunaan uang negara secara lebih heroik, patriotik. Jika semua kasus disangkutpautkan dengan kebijakan politik, maka tak bisa dipidanakan. Pelaku tindak kriminal yang nyata-nyata sebagai bagian dari lingkar atau ring pertama penguasa tunggal, akan langsung direhabilitasi atau mendapat grasi sampai ludes.

Rakyat, masyarakat, penduduk, warga negara karena lokasi dan citranya sehingga menjadi tak terjangkau daya blusukan Jokowi plus minus JK, nasibnya sudah terbiasa menganut asas ekonomi sehari.

Golongan masyarakat dengan pengeluaran yang jauh, bahkan berlipat, di atas penghasilan penduduk secara nasional, sebagai faktor penentu geliat ekonomi domestik. Bersyukur, belum ada survei ekonomi yang membeberkan seberapa kecil kekayaan orang partai yang hidup dan menghidupi sebuah partai politik.

Aksi buka mulut penyelenggara negara, bahkan tak urung seorang kepala negara dan barisan pembantunya sampai tingkat pemerintahan paling bawah, sebagai katalisator positif terjadinya gonjang-ganjing lokal. Di belakang mulut mereka apakah ada kekuatan asing sebagai biang komando atau bandar makar atau ahli olah gaya radikalisme. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar