selalu
ada dan kuasa namun tetap tiada di hati rakyat
Penyelenggara negara (Penyelenggara Negara adalah
Pejabat Negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif
dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan
penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, sesuai UU 39/1999) yang orang partai karena menang pesta demokrasi lima
tahunan, tampilan memang tampak layak memimpin. Sudah terasah dan tergodok di
dinamika partai yang berasaskan cepat, kuat, nekat yang dapat. Terlebih di
tubuh parpol yang menerima semua asas, yang seolah kata dia pro-rakyat papan
gilesan.
Siapa yang jadi kepala negara akan berkaitan erat dengan modus, pola
tingkah laku pembantunya. Tidak juga. Apakah presiden dari sipil atau angkatan.
Semua tergantung politik bagi hasilnya, balas jasa vs balas dendam.
Masih ingatkah kawan, betapa SBY dua periode 2004-2009 dan 2009-2014
dikadali oleh oknum bendahara umum PD, Nazarudin, plus ulah ketum PD, Anas
Urbaningrum. Dua orang ini tenar karena akal bulus dan ilmu belut politiknya di
atas rata-rata keberanian nasional. Tidak ada ego gender di PD. Kaum hawa
terjebak belantara korupsi menjadi adegan sampingan atau efek antar sesama
pemain tidak boleh saling iri. Semua punya kapling, lahan basah.
Merasa berkuasa ibarat duduk di atas ranjang paku berdiri, mau tak mau
harus punya ilmu kebal. Kebal terhadap rongrongan dari bawah. Kebal sodokan
dari landasan. Kebal goyangan dari dasar kekuasaan yaitu harapan dan
kepercayaan rakyat pemilih.
Tahun pertama kuasa, sebagai pembuktian ilmu kebalnya. Tak kurang karena dari
sono-nya sudah kebal, tahan banting
dan anti gores. Saking kebalnya menjadikan dirinya pekak, budeg, tuli aspirasi
dari sekitar. Tak mampu mendeteksi sejak dini fenomena lingkungan sekitar.
Kacamata moralnya tak mampu membaca fenomena alam, lebih terpaku pada analisa
angan-angan politiknya.
Stadium berikutnya adalah malah dengan gagah menantang suara langit. Hidup
di dunia tak hanya sekedar singgah menumpang makan dan minum apalagi menunggu
fajar berkibar, tetapi membentuk kerajaan bumi. Inikah ciri watak syahwat
politisi kedaluwarsa. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar