Indonesia, setengah atau
agak
Berbagai
jenis menu politik Nusantara tersedia, tersaji dan menerima pesanan tergantung selera
dan daya beli pihak berperkara. Pelayanannya juga berkorelasi dengan kekuatan
pasar, permintaan pasar. Demi keadilan, ada juga menu standar, tradisional,
tipikal dan terjangkau oleh rakyat kebanyakan.
Jadi,
tidak ada yang salah dengan Indonesia. Ada beberapa insan penyelenggara negara
yang seolah lenyap, senyap dari jangkauan awak media. Ada yang getol tampil
disetiap kasus, untuk dimintai komen, pendapat maupun analisanya. Di pihak awak
media, mereka sepertinya sudah hafal pihak mana saja yang ingin publikasi,
pencitraan, jual tampang atau bentuk pamer bego secara konstitusional.
Organisasi
atau bentuk wadah, baik lokal atau perwakilan asing, tampak ingin tampil dan
eksis di Indonesia. Agar lebih membumi, maka operatornya orang Indonesia aseli.
Komentarnya yang agar tampak sebagai tanda peduli, keprihatinan bak datang dari
sisi lain. Dari kondisi yang tidak pernah diperhitungkan.
Ibarat
setan yang menggoda manusia dari segala arah, segala macam pintu, ada tempat
favorit koalisi setan, dengan sentuhan atau tusukan.
Ironis
binti miris, jika masih ada anak bangsa yang kesurupan, kerasukan jin, setan,
iblis politik. Semakin sarat “ilmu politik” seseorang akan berbanding lurus dengan daya dan gaya
kesurupan ideologi.
Efek
domino negara multipartai adalah munculnya sistem arisan dan warisan kekuasaan.
Jadi, memang tidak ada yang salah dengan Indonesia. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar