Halaman

Selasa, 23 Mei 2017

Menulis Untuk Menulis



Menulis Untuk Menulis

Sangat penting jika kita acap berkaca, rajin mawas diri, tertib evaluasi diri sejak dini, untuk memantau kita masuk manusia tipe apa. Mengacu firman Allah yang diabadikan di Al-Qur’an (QS Al A’raaf [7] : 179) :  
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”  

Komponen jiwa raga, jasmani rohani, lahir batin kita, fokus pada hati, mata dan telinga menjadi satu paket, satu sistem. Kemanfaatannya bisa menjadi senjata makan tuan, bumerang, menjebak diri sendiri jika digunakan tanpa petunjuk-Nya.

Jangan sampai hidup lalai bahkan malah masuk kategori merugi, diwajibkan bagi umat Islam untuk selalu berdoa memohon hidayah-Nya sekaligus memohon taufik-Nya. Bacaan wajib surat Al Faatihah setiap sholat, mengandung “tunjukilah kami jalan yang lurus”.

Menulis memang perlu dan ada ilmunya. Seperti orang berbicara atau bahasa lisan, ada aturan main, kode etik, tata caranya. Tidak asbun atau asal bunyi. Selain tata bahasa perlu ditunjang tata ucap. Jangan asal buka mulut karena sebagai hak asasi siempunya mulut. Mau menguap sambil bicara. Semau gué.

Hak prerogatif Allah untuk memberikan taufuk dan hidayah-Nya atau petunjuk-Nya. Kondisi ini sebagai cambuk bagi umat Islam untuk tetap berdoa dan memohon kepada-Nya. Simak kandungan Al-Qur’an (QS At Taghaabun [64] : 11) :  
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Syarat beriman, artinya totalnya iman sesuai Rukun Iman. Disertai melaksanakan segala perintah-Nya sekaligus menjauhi segala larangan-Nya.

Landasan niat plus multimotivasi untuk menulis. Berdoa dan mohon kepada-Nya agar radar hati, mata dan telinga bisa peka menangkap ayat-ayat Allah. Allah SWT menurunkan ayat-ayat-Nya melalui 2 jalur : (1) jalur formal yaitu ayat qouliyah dan (2) jalur non-formal yaitu ayat kauniyah. Ayat qouliyah adalah kalam Allah (Al-Qur’an) yang diturunkan sebagai wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ayat kauniyah adalah fenomena alam, gejala alam, tanda-tanda alam, jalurnya tidak formal dan manusia bebas menafsirkannya.

Pengalaman membuktikan, saat mendengar pembicaraan, pas ada kalimat yang padat, hati bergetar. Tiba-tiba tanpa diminta atau ditanya ada orang berujar, berucap kepada kita. Pertanda ada masukan substansial sebagai bahan baku tulisan.

Mendengar celotehan anak di jalanan, sebagai sumber inspirasi. Membaca cepat, mata kita tertambat pada kalimat, pertanda radar hati bekerja baik. Melihat tingkah laku gerak anak manusia, dengan aneka adegan dan atraksi alaminya, tantangan buat kita untuk menyimpulkannya.

Asupan gizi, nutrisi dan rohani jelas akan menentukan kadar tulisan yang akan kita produksi. Sebagai “bukti tertulis” menjadi kewajiban moral agar jangan asal menulis. Mentang-mentang tangan adalah tangan sendiri. Bebas berolah tangan.

Cerdas diri agar tangan di bawah komunikasi, koordinasi, kendali diri secara bijak. Ikhtiar agar tangan tetap berada di jalur-Nya. Apa yang akan kita tulis, mohon kepada-Nya. Jika ada petunjuk-Nya, renungkanlah. Akal kita mengembara untuk memperkaya substansi serta mencari kalimat yang bukan hafalan. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar